MAKALAH SISTEM SENSORI
PERSEPSI
“ASKEP
KLIEN DENGAN ABRASI KORNEA”
Disusun
Oleh:
1.
VIVEN
CORNYSEN 0926010082
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI
MANDIRI SAKTI BENGKULU
2011
KATA PENGANTAR
Syukur
alhamdulilah atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ASKEP KLIEN DENGAN ABRASI KORNEA”ini tepat ada waktunya. Tujuan pembuatan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas kuliah keperawatan Sensori persepsi dan juga
sebagai panduan belajar.
Penulis ucapkan trimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini ,terutama kepada
dosen pengajar mata kuliah Sensori persepsi yaitu HanifahS.Kep, Ns dan anggota kelompok.Makalah
ini belum sepenuhnya sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan ,maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan makalah ini . Semoga
makalah ini dapat berguna bagi pembaca dan memberikan informasi yang baru dan menambah pengetahuan bagi kita semua.
Bengkulu, Januari 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………….
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….
BAB I : PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang……………………………………………………………….
1.2
Tujuan………………………………………………………………………..
1.3
Manfaat……………………………………………………………………..
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
2.1
Konsep Dasar Teori
2..1.1
Pengertian…………………………………………………………………
2.1.2
Etiologi……………………………………………………………………..
2.1.3
Patofisiologi……………………………………………………………….
2.1.4
WOC……………………………………………………………………….
2.1.5
Manifestasi Klinis……………………………………………………….....
2.1.6
Pemeriksaan Penunjang……………………………………………………
2.1.7
Penatalaksanaan……………………………………………………………
2.1.8
Komplikasi………………………………………………………………….
2.2
Konsep Dasar Askep
2.2.1
Pengkajian…………………………………………………………………..
2.2.2
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul……………………………..
2.2.3
Rencana Asuhan Keperawatan……………………………………………..
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………
3.2 Saran………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Trauma tumpul kornea dapat menimbulkan kelainan kornea mulai dari erosi
kornea sampai laserasi kornea. Bilamana lesi terletak dibagian sentral,
lebih-lebih bila mengakibatkan pengurangan ketajaman penglihatan. Benda asing
dan abrasi di kornea menyebabkan nteri dan iritasi yang dapat dirasakan sewaktu
mata dan kelopak digerakkan. Pada trauma
tumpul mata, kornea diperiksa untuk mencari apakah terdapat kehilangan lapisan
epitel (abrasi), laserasi dan benda asing. Abrasi kornea merupakan terkikisnya
lapisan kornea (epitel) oleh karena trauma pada bagian superfisial mata. Abrasi
kornea umumnya sembuh dengan cepat dan harus diterapi dengan salep antibiotik
dan pelindung mata.(2,4)
Ada 2 kategori
pada abrasi kornea yaitu abrasi superfisial, hanya sebatas lapisan epitel saja
dan arbrasi profunda, abrasi yang terjadi hingga pada membran descemen tanpa
disertai ruptur pada membran tersebut. Abrasi dapat diakibatkan oleh karena
benda asing, lensa kontak, pengusap pipi untuk make-up, ranting kayu dan
tertusuknya mata oleh jari.(8,9)
1.2.Tujuan
Tujuan
Umum
Untuk mempelajari tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan abrasi kornea
Tujuan
khusus
1. Untuk mengetahui konsep dasar
teoritis abrasi kornea
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan
keperawatan pada klien dengan abrasi kornea,yang meliputi ; pengkajian,diagnosa
keperawatan,intervensi
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan
pada klien dengan abrasi kornea,meliputi;pengkajian,diagnosa
keperawatan,intervensi,implementasi dan evaluasi
1.3
Manfaat
Adapun yang menjadi manfaat dalam
pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.Untuk menambah wawasan dan pengetahuan
teman-teman sekalian terutama untuk penulis sendiri tentang Abrasi Kornea
2.Untuk mengetahui bagaimana pencegahan
dan pengobatan Abrasi Kornea
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
2.1. Konsep Dasar Teori
2.1.1 Pengertian
Abrasi
kornea adalah kondisi medis yang melibatkan hilangnya lapisan permukaan epitel
korneamata.
Abrasi kornea merupakan luka umum yang mengakibatkan rusakya efitl permukaan kornea.Hal inidisebabkan oleh mata kering,lensa kontak,debu atau kotoran.Penanganan yang diberikan adalah mencakup pencucian mata dengan saline steril dan mengangkat lensa kontak hingga kornea sembuh.Abrasi kornea sangat menyakitkan,namun kornea biasanya sembuh tanpa scarring.apabila dalam 24 jam yang menjadi penyebab harus sudah diambil.Photophobia dan air mata yang nrocos adalah gejala umum,sebuah patch mata bias digunakan untuk mengistirahatkan kornea.(Keperawatan Medikal Bedah,Charlene J.Reeves,Gaile).
Abrasi kornea merupakan luka umum yang mengakibatkan rusakya efitl permukaan kornea.Hal inidisebabkan oleh mata kering,lensa kontak,debu atau kotoran.Penanganan yang diberikan adalah mencakup pencucian mata dengan saline steril dan mengangkat lensa kontak hingga kornea sembuh.Abrasi kornea sangat menyakitkan,namun kornea biasanya sembuh tanpa scarring.apabila dalam 24 jam yang menjadi penyebab harus sudah diambil.Photophobia dan air mata yang nrocos adalah gejala umum,sebuah patch mata bias digunakan untuk mengistirahatkan kornea.(Keperawatan Medikal Bedah,Charlene J.Reeves,Gaile).
Abrasi adalah defek pada lapisan epitel
dapat disebabkan oleh trauma benda asing,lensa kontak yang dipakai dalam jangka
waktu lama ,defek lapisan air mata,kesulitan menutup kelopak mata atau melapisi
kelopak mata atau bulu mata.Abrasi kornea dan benda asing akan didiskusikan
lebih dalam dibagian trauma okuler.Abrasi kornea kambuhan yang diakibatkan oleh
kebiasan menggosok mata dapat ditangani dengan larutan pelumas,(lensa kontak
yang dapat diberi bebas dipakai untuk melindungi kornea dari iritasi yang
disebabkan oleh kelopak mata).(Brunner dan suddarth).
2.1.2Etiologi
Abrasio
kornea umumnya akibat dari trauma pada permukaan mata. Penyebab umum termasuk
menusukkan jari ke mata, berjalan ke sebuah cabang pohon, mendapatkan pasir di
mata dan kemudian menggosok mata atau dipukul dengan sepotong logam proyektil.
Sebuah benda asing di mata juga dapat menyebabkan goresan jika mata digosok.
Selain itu, jika kornea menjadi sangat kering, mungkin menjadi lebih rapuh dan
mudah rusak oleh gerakan di seluruh permukaan.Cedera (trauma) adalah penyebab
paling umum untuk abrasio kornea.
Penyebab trauma
yang paling umum adalah:
* Goresan dari kuku (manusia dan hewan).
* Memukul benda asing kornea (misalnya, kotoran, serpihan kayu, serutan logam, tanaman,
* Goresan dari kuku (manusia dan hewan).
* Memukul benda asing kornea (misalnya, kotoran, serpihan kayu, serutan logam, tanaman,
cabang pohon, dll)
* Berlebihan menggosok mata.
* Berlebihan menggosok mata.
* Lebih dari pemakaian lensa kontak.
* Kuas Makeup.
* Kuas Makeup.
* Kimia luka bakar.
* Bulu mata teratur menggosok kornea atau jatuh ke dalam mata.
* Sebuah benda asing yang tertangkap di bawah kelopak mata, yang kemudian mengganggu
* Bulu mata teratur menggosok kornea atau jatuh ke dalam mata.
* Sebuah benda asing yang tertangkap di bawah kelopak mata, yang kemudian mengganggu
kornea setiap kali Anda berkedip.
Penyebab lainnya adalah kondisi mata yang mendasari, seperti:
* Ketidakmampuan untuk sepenuhnya menutup kelopak mata.
* Kelainan posisi tutup.
* Parah kondisi mata kering.
* Parah blepharitis, kronis (kelopak mata meradang).
Penyebab lainnya adalah kondisi mata yang mendasari, seperti:
* Ketidakmampuan untuk sepenuhnya menutup kelopak mata.
* Kelainan posisi tutup.
* Parah kondisi mata kering.
* Parah blepharitis, kronis (kelopak mata meradang).
2.1.3 Patofisiologi
Prognosis tergantung luasnya robekan
konea, jarak waktu terjadinya ablasio, diagnosisnya dan tindakan bedah yang
dilakukan. Terapi yang cepat prognosis lebih baik. Prognosis lebih buruk bila
mengenai makula atau jika telah berlangsung lama. Jika makula melekat dan
pembedahan berhasil melekatkan kembali kornea perifer, maka robekan l yang ebih
luas pada vitreus dapat dicegah .Jika makula lepas lebih dari 24 jam sebelum
pembedahan, maka tajam penglihatan sebelumnya mungkin tidak dapat pulih
sepenuhnya.
Korpus vitreum yang terus menyusut
dan munculnya pertumbuhan jaringan di permukaan kornea menyebabkan tidak semua
kornea yang terlepas dapat direkatkan kembali. Bila kornea tidak dapat
direkatkan kembali, maka mata akan terus menurun penglihatannya dan akhirnya
menjadi buta.
2.1.4 WOC.
Kondisi
kornea ; kering
|
Mudah
rusak oleh gerakan
|
Trauma
pada mata (goresan dr kuku,berlebihan menggosok mata)
|
Terjadinya
goresan pada mata
|
ABRASI KORNEA
|
Perubahan
kedalaman persepsi
|
Berkurangnya
penglihatan
|
Kerusakan memproses rangsangan
visual
|
Edema,kelopak
mata bengkak
|
Penglihatan
tidak jelas
|
MK:Gangguan
sensori perceptual (visual)
|
MK:Nyeri
|
MK:Resiko
cedera
|
Inkontinuitas
jaringan,Peningkatan TI
|
2.1.5
Manifestasi Klinik
Adapun manifestasi klinisnya adalah sebagai berikut:
•Nyeri
• oedema
• perubahan visus
• kelopak mata bengkak
• adanya benda asing
• fotofobia
• Menyipitkan mata yang berlebihan dan produksi reflex air mata
Adapun manifestasi klinisnya adalah sebagai berikut:
•Nyeri
• oedema
• perubahan visus
• kelopak mata bengkak
• adanya benda asing
• fotofobia
• Menyipitkan mata yang berlebihan dan produksi reflex air mata
2.1.6
Pemeriksaan Penunjang.
1. Pemeriksaan oftalmologi
1. Pemeriksaan oftalmologi
a. Pemeriksaan visus, dapat terjadi
penurunan tajam penglihatan akibat terlibatnya makula lutea ataupun terjadi
kekeruhan media penglihatan atau badan kaca yang menghambat sinar masuk. Tajam
penglihatan akan sangat menurun bila makula lutea ikut terangkat.
b. Pemeriksaan lapangan pandang, akan
terjadi lapangan pandang seperti tertutup tabir dan dapat terlihat skotoma
relatif sesuai dengan kedudukan ablasio kornea, pada lapangan pandang akan
terlihat pijaran api seperti halilintar kecil dan fotopsia.
Pemeriksaan
lapang pandangan dapat dilakukan dengan:
1. Pemeriksaan konfrontasi, yaitu
pemeriksaan dengan melakukan perbandingan lapang pandangan pasien dengan si
pemeriksa sendiri.
2. Pemeriksaan perimeter atau
kampimetri. Lapang pandangan normal adalah 90 derajat temporal, 50 derajat
atas, 50 derajat nasal dan 65 derajat ke bawah.
c. Pemeriksaan funduskopi, yaitu salah
satu cara terbaik untuk mendiagnosis ablasio kornea dengan menggunakan
binokuler indirek oftalmoskopi. Pada pemeriksaan ini ablasio kornea dikenali
dengan hilangnya refleks fundus dan pengangkatan kornea. Kornea tampak
keabu-abuan yang menutupi gambaran vaskuler koroid. Jika terdapat akumulasi
cairan bermakna pada ruang subkornea, didapatkan pergerakkan undulasi kornea
ketika mata bergerak. Suatu robekan pada kornea terlihat agak merah muda karena
terdapat pembuluh koroid dibawahnya. Mungkin didapatkan debris terkait pada
vitreus yang terdiri dari darah dan pigmen atau ruang kornea dapat ditemukan
mengambang bebas.
2. Pemeriksaan
Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium dilakukan
untuk mengetahui adanya penyakit penyerta antara lain glaukoma, diabetes mellitus,
maupun kelainan darah.
b. Pemeriksaan ultrasonografi, yaitu
ocular B-Scan ultrasonografi juga digunakan untuk mendiagnosis ablasio kornea
dan keadaan patologis lain yang menyertainya seperti proliverative vitreokorneopati,
benda asing intraokuler. Selain itu ultrasonografi juga digunakan untuk
mengetahui kelainan yang menyebabkan ablasio kornea eksudatif misalnya tumor
dan posterior skleritis.
Hasil
Pemeriksaan :
1. Visus atau salah satu posisi lapang
pandang memburuk.
2. Fundus refleks hilang
3. Kornea terangkat, terlihat abu-abu,
bergoyang-goyang.
4. Terkadang robekan kornea berwarna
merah dapat terlihat langsung pada pemeriksaan funduskopi.
2.1.7
Penatalaksanaan
Abrasi
kornea umumnya sembuh dengan cepat dan harus diterapi dengan salep antibiotik
dan pelindung mata. Dilatasi pupil dengan siklopentolat 1% dapat membantu
menghilangkan nyeri yang disebabkan oleh spasme otot siliar. Kornea memiliki
kemampuan untuk menyembuhkan diri sendiri, dimana pengobatan bertujuan untuk
mencegah komplikasi lebih lanjut. Jika abrasi yang
terjadi ringan, maka terapi yang diberikan hanyalah lumbrikasi pada mata yang
sakit dan kemudian dilakukan follow-up untuk hari berikutnya. Penyembuhan ini
dapat berlangsung selama 2 hari ataupun dalam waktu seminggu. Bagaimanapun
untuk menghindari infeksi, pemberian antibiotik dianjurkan. Namun tak lepas
dari pengobatan, seorang dokter harus tetap melakukan follow up utnuk
meyakinkan bahwa tidak terjdi inefeksi nantinya.
Sebagai langkah awal, diberikan
pengobatan yang berisifat siklopegi seperti atropine
1% pada kasus yang berat, hematropine
5% pada kasus sedang dan cyclopentolate
1% untuk pasien dengan abrasi yang ringan. Anjuran selanjutnya yaitu pada obat
topical antibiotic yang terdiri dari polytrim,
gentamycin dan tombramycin. Selain itu, pasien dianjurkan untuk istirahat total (bed-rest) diharapkan tidak adanya
pergerakkan pasien secara aktif. Apabila pasien merasa nyeri, diberikan
pengobatan topical nonsteroid anti inflamasi (Voltaren, Acular atau Ocufen).
2.1.6
Komplikasi
Kadang-kadang epitel dapat disembuhkan kurang patuh pada membran basement yang mendasari.Dalam hal ini mungkin terlepas pada interval sehingga menimbulkan erosi kornea berulang.
Kadang-kadang epitel dapat disembuhkan kurang patuh pada membran basement yang mendasari.Dalam hal ini mungkin terlepas pada interval sehingga menimbulkan erosi kornea berulang.
2.2 Konsep Dasar Askep
2.2.1 Pengkajian
1 Identitas Klien
Lakukan
pengkajian meliputi: nama, jenis kelamin,suku bangsa, tanggal lahir,agama dan
tanggal pengkajian.
2 Keluhan utama
Yang menjadi
alasan klien masuk ke rumah sakit adalah
nyeri, mata kemerahan.
3 Riwayat kesehatan sekarang
Penyakit yang
sedang dialami pasien pada saat datang ke rumah sakit nyeri pada bagian mata.
4 Riwayat kesehatan terdahulu
Penyakit yang pernah
dialami pasien sebelumnya
adalah Trauma.
5 Riwayat kesehatan keluarga
Tidak adanya
keluarga yang mengalami abrasi
kornea.
6. Data Dasar Pengkajian
1. Aktivitas/Istirahat
- Nyeri mata karena gerakan,kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris limitimasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan.
- Keterbatasan ruang gerak,kelainan pada mata.
- Kardiovaskuler
§ Terjadi kemerahan pada mata
- Integritas Ego
- Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
- Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
- Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi, misalnya ketergantungan pada orang lain.
4. Hygiene
-Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
diri.
5. Neurosensori
-Kemerahan pada mata dan terasa pedih.
6. Nyeri/kenyamanan
-Fase akut nyeri (kemungkinan tidak
disertai dengan pembengkakan kelopak matai. Rasa nyeri kronis dan kekakuan
(terutama pagi hari).
7. Keamanan
1. Kulit pada kelopak mata memerah
2. Kesulitan dalam menangani
tugas/pemeliharaan rumah tangga
3. Mata mengeluarkan cairan.
8. Interaksi Sosial
-Kerusakan interaksi dengan keluarga
atau orang lain, perubahan peran: isolasi.
7. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik akan
ditemukan data yang berkaitan dengan manifestasi klinis dan diagnosis
ditegakkan dengan pemeriksaan oftalmoskopik.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Nyeri
b.d cidera, inkontinuitas jaringan, peningkatan tekanan intra okuler
2.
Gangguan
sensori perseptual(visual) yang berhubungan dengan kerusakan kemampuan
memproses rangsangan visual.
3. Resiko cedera b.d berkurangnya
penglihatan dan perubahan kedalaman persepsi.
4. Ansietas yang berhubungan dengan
ancaman kehilangan penglihatan, hilangnya pandangan mendadak dan kemungkinan
kegagalan mendapatkan pandangan kembali, ancaman terhadap konsep diri serta
ancaman terhadap perubahan peran dan fungsi.
5. Hambatan mobilitas yang berhubungan
dengan kehilangan pandangan dan berada dlingkungan yang tidak dikenal.
3.3.3 Rencana Asuhan Keperawatan
No
|
Diagnosa
|
Tujuan
|
Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Nyeri
b.d cidera, inkontinuitas jaringan, peningkatan tekanan okuler.
|
Setelah
dilakukan intervensi kep selama 3x24 jam, diharapkan nyeri dapat berkurang
atau tidak ada lagi
|
-Menunjukan
nyeri berkurang atau terkontrol
-Terlihat
rilek, dapat istirahat,tidur dan berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kebutuhan
|
-Pasang
balutan mata
-Cukup
terang/ atur pencahayaan
-Anjurkan
untuk tidak melihat tv, tidak membaca
-Anjurkan
istirahatkan mata atau turunkan TI
|
-Untuk
melindungi mata dari debu
-Untuk
membantu pengelihatan dan untuk menghidari kerusakan retina
-Untuk
menghidari rasa perih pada mata
-Untuk
menghindari banyaknya cahaya yang masuk ke mata.
|
2
|
Gangguan
sensori perseptual (visual) b.d
kerusakan kemampuan memproses rangsangan
visual
|
Setelah
di lakukan intervensi kep selama 3x24 jam di harapkan klien mampu mempertahan kan kemampuan untk
menerima rangsangan visual
|
-Meningkatkan
ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu
-Mengidentifikasi/memperbaiki
potensial bahaya dalam lingkungan
|
-Pastikan
derajat/tipe penglihatan
-Dorong
mengekspresikan perasaan tentang kehilangan /kemungkinan kehilangan
penglihatan
-Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangani
keterbatasan penglihatan
-Anjurkan
pasien untuk bedrest dengan satu atau kedua mata di tutup
-Atur
kepala agar rongga kornea dalam posisi tidak menggantung
|
-Mempengaruhi
harapan masa depan pasien dan pilihan intervensi
-Untuk
mencegah kebutaan, pasien menghadapi kemungkinan atau mengalami pengalaman
kehilangan sebagian atau total
-Menurunkan
bahaya keamanan sehubungan dengan perubahan lapang pandang/kehilangan
penglihatan dan akomodasi pupil terhadap sinar lingkungan
-Untuk
mempertahan kan mata dalam keadaan istirahat untukmencegah robekan lebih
lanjut
-Gravitasi
dapat membantu mencegah lapisan kornea pertama lepas dari lapisan ke dua
|
3
|
Resiko cedera b.d berkurangnya
penglihatan dan perubahan kedalaman persepsi.
|
Setelah
dilakukan intervensi kep selama 3x24 jam diharapkan klien tidak mengalami
cedera selama perawatan
|
-Menyatakan
pemahaman factor yang terlibat dalam kemungkinan cedera
-Menunjukkan
perubahan perilku,pola hidup untuk menurunkan factor risiko dan untuk
melindungi diri dari cedera
-Mengubah
lingkungan sesuai indikasi untuk
meningkatkan keamanan
|
-Observasi ketajaman penglihatan
klien.
-Beritahu klien bahwa kedalaman
persepsi akan berubah dan bantu klien sesuai kebutuhan.
-Jauhkan benda benda berbahaya
dari jangkauan klien
.
-Bersihkan jalan yang dilewati
klien dari benda-benda berbahaya jika klien sudah diperbolehkan beraktivitas.
|
- Mengetahui perkembangan keadaan
mata.
-Mempermudah pasien dalam memnuhi
kebutuhannya dan mengerti tentang kedalaman persepsinya
-Mencegah terjadinya cedera
karena keterbatasan lapang pandang
-Mencegah terjadinya cedera
terhadap pasien
|
BAB
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Abrasi kornea merupakan luka umum yang
mengakibatkan rusakya efitl permukaan kornea.hal inidisebabkan oleh mata
kering,lensa kontak,debu atau kotoran.penanganan yang diberikan adalah mencakup
pencucian mata dengan saline steril dan mengangkat lensa kontalk hingga kornea
sembuh.Abrasi kornea sangat menyakitkan,namun kornea biasanya sembuh tanpa
scarring.apabila dalam 24 jam yang menjadi penyebab harus sudah
diambil.Photophobia dan air mata yang nrocos adalah gejala umum,sebuah patch
mata bias digunakan untuk mengistirahatkan kornea.(Keperawatan Medikal
Bedah,Charlene J.Reeves,Gaile).
Abrasi
adalah diefek pada lapisan epitel dapat disebabkan oleh trauma benda
asing,lensa kontak yang dipakai dalam jangka waktu lama ,defek lapisan air
mata,kesulitan menutup kelopak mata atau melapisi kelopak mata atau bulu
mata.Abrasi kornea dan benda asing akan diduskusikan lebih dalam dibagian
trauma okuler.Abrasi kornea kambuhan yang diakibatkan oleh kebiasan menggosok
mata dapat ditangani dengan larutan pelumas,(lensa kontak yang dapat diberi
bebas dipakai untuk melindungi kornea dari iritasi yang disebabkan oleh kelopak
mata).(Keperawatan Medikal Bedah,Brunner dan suddarth).
3.2 Saran
Diharapkan
pada teman-teman khususnya mahasiswa STIKES TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU setelah
mempelajari makalah ini dapat mengetahui pengertian Abrasi Mata, penyebab, serta
dapat melakukan asuhan keperawatan pada
pasien yang mengalami abrasi mata.
DAFTAR
PUSTAKA
- Ilyas, Sidarta., Trauma Mata : Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. FK-UI, Jakarta, 2004. Hal : 259,264-5.
- Ilyas, Sidarta., Trauma Tumpul Mata : Ilmu Penyakit Mata. Sagung Seto, Jakarta, 2002. Hal : 263-6.
- Webb, Lennox.A., Trauma : Manual of Eye Emergencies. Butterworth Heinemann, London, 2004. Hal : 114-6, 123-4.
5. Anonim,
Corneal Abrasion in Encyclopedia of Medicine 2006. Available at http://www.healthatoz/transform.jps.html.
Accessed on : February 24th 2009.
6. Anonim,
Corneal Abrasion and Reccurent Corneal Erosions. Avalable at http://www.yahoo.com/revoptomSECT3F.html.
Accessed on : February 24th 2009.
7. Anonim,
Corneal Abrasion. Available at http://www.emedicine.com/799316-overview.html.
Accessed on : February 25th 2009.
8. Anonim,
Corneal Abrasion. Available at http://www.wikipedia.com/
corneal_abrasion.html. Accessed on : February 25th 2009.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
"Terima kasih telah mengunjung Blog saya''