Rabu, 09 Mei 2012

“ASKEP KLIEN DENGAN ABRASI KORNEA”



MAKALAH SISTEM SENSORI PERSEPSI
“ASKEP KLIEN DENGAN ABRASI KORNEA”



Disusun Oleh:
1.     VIVEN CORNYSEN                      0926010082



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
2011
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulilah atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASKEP KLIEN DENGAN ABRASI KORNEA”ini tepat  ada waktunya. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kuliah keperawatan Sensori persepsi dan juga sebagai panduan belajar.
            Penulis ucapkan trimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini ,terutama kepada dosen pengajar mata kuliah Sensori persepsi yaitu  HanifahS.Kep, Ns dan anggota kelompok.Makalah ini belum sepenuhnya sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan ,maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini . Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca dan memberikan informasi yang baru  dan menambah pengetahuan bagi kita semua.



Bengkulu,  Januari 2012

Penulis





DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL   …………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………….
DAFTAR ISI    …………………………………………………………………………….

BAB I : PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang……………………………………………………………….

1.2    Tujuan………………………………………………………………………..

1.3    Manfaat……………………………………………………………………..

        BAB II : TINJAUAN TEORITIS
                        2.1 Konsep Dasar Teori
                        2..1.1 Pengertian…………………………………………………………………
                        2.1.2 Etiologi……………………………………………………………………..
                        2.1.3 Patofisiologi……………………………………………………………….
                        2.1.4 WOC……………………………………………………………………….
                        2.1.5 Manifestasi Klinis……………………………………………………….....
                        2.1.6 Pemeriksaan Penunjang……………………………………………………
                        2.1.7 Penatalaksanaan……………………………………………………………
                        2.1.8 Komplikasi………………………………………………………………….

                        2.2 Konsep Dasar Askep
                        2.2.1 Pengkajian…………………………………………………………………..
                        2.2.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul……………………………..
                        2.2.3 Rencana Asuhan Keperawatan……………………………………………..
         BAB III : PENUTUP
  3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………
  3.2 Saran………………………………………………………………………..
         DAFTAR PUSTAKA












BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Trauma tumpul kornea dapat menimbulkan kelainan kornea mulai dari erosi kornea sampai laserasi kornea. Bilamana lesi terletak dibagian sentral, lebih-lebih bila mengakibatkan pengurangan ketajaman penglihatan. Benda asing dan abrasi di kornea menyebabkan nteri dan iritasi yang dapat dirasakan sewaktu mata dan kelopak digerakkan. Pada trauma tumpul mata, kornea diperiksa untuk mencari apakah terdapat kehilangan lapisan epitel (abrasi), laserasi dan benda asing. Abrasi kornea merupakan terkikisnya lapisan kornea (epitel) oleh karena trauma pada bagian superfisial mata. Abrasi kornea umumnya sembuh dengan cepat dan harus diterapi dengan salep antibiotik dan pelindung mata.(2,4)
Ada 2 kategori pada abrasi kornea yaitu abrasi superfisial, hanya sebatas lapisan epitel saja dan arbrasi profunda, abrasi yang terjadi hingga pada membran descemen tanpa disertai ruptur pada membran tersebut. Abrasi dapat diakibatkan oleh karena benda asing, lensa kontak, pengusap pipi untuk make-up, ranting kayu dan tertusuknya mata oleh jari.(8,9)            

1.2.Tujuan
Tujuan Umum
              Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan abrasi kornea
Tujuan khusus
1.      Untuk mengetahui konsep dasar teoritis abrasi kornea
2.      Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan abrasi kornea,yang meliputi ; pengkajian,diagnosa keperawatan,intervensi
3.      Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan abrasi kornea,meliputi;pengkajian,diagnosa keperawatan,intervensi,implementasi dan evaluasi 

1.3 Manfaat
       Adapun yang menjadi manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
      1.Untuk menambah wawasan dan pengetahuan teman-teman sekalian terutama untuk penulis sendiri tentang Abrasi Kornea
      2.Untuk mengetahui bagaimana pencegahan dan pengobatan Abrasi Kornea
















BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Konsep Dasar Teori
2.1.1 Pengertian
      Abrasi kornea adalah kondisi medis yang melibatkan hilangnya lapisan permukaan epitel korneamata.
  Abrasi kornea merupakan luka umum yang mengakibatkan rusakya efitl permukaan kornea.Hal inidisebabkan oleh mata kering,lensa kontak,debu atau kotoran.Penanganan yang diberikan adalah mencakup pencucian mata dengan saline steril dan mengangkat lensa kontak hingga kornea sembuh.Abrasi kornea sangat menyakitkan,namun kornea biasanya sembuh tanpa scarring.apabila dalam 24 jam yang menjadi penyebab harus sudah diambil.Photophobia dan air mata yang nrocos adalah gejala umum,sebuah patch mata bias digunakan untuk mengistirahatkan kornea.(Keperawatan Medikal Bedah,Charlene J.Reeves,Gaile).
       Abrasi adalah defek pada lapisan epitel dapat disebabkan oleh trauma benda asing,lensa kontak yang dipakai dalam jangka waktu lama ,defek lapisan air mata,kesulitan menutup kelopak mata atau melapisi kelopak mata atau bulu mata.Abrasi kornea dan benda asing akan didiskusikan lebih dalam dibagian trauma okuler.Abrasi kornea kambuhan yang diakibatkan oleh kebiasan menggosok mata dapat ditangani dengan larutan pelumas,(lensa kontak yang dapat diberi bebas dipakai untuk melindungi kornea dari iritasi yang disebabkan oleh kelopak mata).(Brunner dan suddarth).                                                      
2.1.2Etiologi
Abrasio kornea umumnya akibat dari trauma pada permukaan mata. Penyebab umum termasuk menusukkan jari ke mata, berjalan ke sebuah cabang pohon, mendapatkan pasir di mata dan kemudian menggosok mata atau dipukul dengan sepotong logam proyektil. Sebuah benda asing di mata juga dapat menyebabkan goresan jika mata digosok. Selain itu, jika kornea menjadi sangat kering, mungkin menjadi lebih rapuh dan mudah rusak oleh gerakan di seluruh permukaan.Cedera (trauma) adalah penyebab paling umum untuk abrasio kornea.
Penyebab trauma yang paling umum adalah:
     * Goresan dari kuku (manusia dan hewan).
     * Memukul benda asing kornea (misalnya, kotoran, serpihan kayu, serutan logam, tanaman,  
        cabang pohon, dll)
     * Berlebihan menggosok mata.
     * Lebih dari pemakaian lensa kontak.
     * Kuas Makeup.
     * Kimia luka bakar.
     * Bulu mata teratur menggosok kornea atau jatuh ke dalam mata.
     * Sebuah benda asing yang tertangkap di bawah kelopak mata, yang kemudian mengganggu
        kornea setiap kali Anda berkedip.

Penyebab lainnya adalah kondisi mata yang mendasari, seperti:
     * Ketidakmampuan untuk sepenuhnya menutup kelopak mata.
     * Kelainan posisi tutup.
     * Parah kondisi mata kering.
     * Parah blepharitis, kronis (kelopak mata meradang).

2.1.3 Patofisiologi
Prognosis tergantung luasnya robekan konea, jarak waktu terjadinya ablasio, diagnosisnya dan tindakan bedah yang dilakukan. Terapi yang cepat prognosis lebih baik. Prognosis lebih buruk bila mengenai makula atau jika telah berlangsung lama. Jika makula melekat dan pembedahan berhasil melekatkan kembali kornea perifer, maka robekan l yang ebih luas pada vitreus dapat dicegah .Jika makula lepas lebih dari 24 jam sebelum pembedahan, maka tajam penglihatan sebelumnya mungkin tidak dapat pulih sepenuhnya.
Korpus vitreum yang terus menyusut dan munculnya pertumbuhan jaringan di permukaan kornea menyebabkan tidak semua kornea yang terlepas dapat direkatkan kembali. Bila kornea tidak dapat direkatkan kembali, maka mata akan terus menurun penglihatannya dan akhirnya menjadi buta.






2.1.4 WOC.                                       
Kondisi kornea ; kering
Mudah rusak oleh gerakan
Trauma pada mata (goresan dr kuku,berlebihan menggosok mata)
Terjadinya goresan pada mata
 



                                                                                              
ABRASI KORNEA
Perubahan kedalaman persepsi
Berkurangnya penglihatan
Kerusakan memproses rangsangan visual
Edema,kelopak mata bengkak
Penglihatan tidak jelas
MK:Gangguan  sensori perceptual (visual)
MK:Nyeri
MK:Resiko cedera
Inkontinuitas jaringan,Peningkatan TI
 














2.1.5         Manifestasi Klinik
Adapun manifestasi klinisnya adalah sebagai berikut:
•Nyeri
• oedema
• perubahan visus
• kelopak mata bengkak
• adanya benda asing
• fotofobia
• Menyipitkan mata yang berlebihan dan produksi reflex air mata
2.1.6  Pemeriksaan Penunjang.
1. Pemeriksaan oftalmologi
a.       Pemeriksaan visus, dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat terlibatnya makula lutea ataupun terjadi kekeruhan media penglihatan atau badan kaca yang menghambat sinar masuk. Tajam penglihatan akan sangat menurun bila makula lutea ikut terangkat.
b.      Pemeriksaan lapangan pandang, akan terjadi lapangan pandang seperti tertutup tabir dan dapat terlihat skotoma relatif sesuai dengan kedudukan ablasio kornea, pada lapangan pandang akan terlihat pijaran api seperti halilintar kecil dan fotopsia.
Pemeriksaan lapang pandangan dapat dilakukan dengan:
1.      Pemeriksaan konfrontasi, yaitu pemeriksaan dengan melakukan perbandingan lapang pandangan pasien dengan si pemeriksa sendiri.
2.      Pemeriksaan perimeter atau kampimetri. Lapang pandangan normal adalah 90 derajat temporal, 50 derajat atas, 50 derajat nasal dan 65 derajat ke bawah.
c.       Pemeriksaan funduskopi, yaitu salah satu cara terbaik untuk mendiagnosis ablasio kornea dengan menggunakan binokuler indirek oftalmoskopi. Pada pemeriksaan ini ablasio kornea dikenali dengan hilangnya refleks fundus dan pengangkatan kornea. Kornea tampak keabu-abuan yang menutupi gambaran vaskuler koroid. Jika terdapat akumulasi cairan bermakna pada ruang subkornea, didapatkan pergerakkan undulasi kornea ketika mata bergerak. Suatu robekan pada kornea terlihat agak merah muda karena terdapat pembuluh koroid dibawahnya. Mungkin didapatkan debris terkait pada vitreus yang terdiri dari darah dan pigmen atau ruang kornea dapat ditemukan mengambang bebas.
2. Pemeriksaan Penunjang
a.       Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit penyerta antara lain glaukoma, diabetes mellitus, maupun kelainan darah.
b.      Pemeriksaan ultrasonografi, yaitu ocular B-Scan ultrasonografi juga digunakan untuk mendiagnosis ablasio kornea dan keadaan patologis lain yang menyertainya seperti proliverative vitreokorneopati, benda asing intraokuler. Selain itu ultrasonografi juga digunakan untuk mengetahui kelainan yang menyebabkan ablasio kornea eksudatif misalnya tumor dan posterior skleritis.
Hasil Pemeriksaan :
1.      Visus atau salah satu posisi lapang pandang memburuk.
2.      Fundus refleks hilang
3.      Kornea terangkat, terlihat abu-abu, bergoyang-goyang.
4.      Terkadang robekan kornea berwarna merah dapat terlihat langsung pada pemeriksaan funduskopi.

2.1.7  Penatalaksanaan
            Abrasi kornea umumnya sembuh dengan cepat dan harus diterapi dengan salep antibiotik dan pelindung mata. Dilatasi pupil dengan siklopentolat 1% dapat membantu menghilangkan nyeri yang disebabkan oleh spasme otot siliar. Kornea memiliki kemampuan untuk menyembuhkan diri sendiri, dimana pengobatan bertujuan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Jika abrasi yang terjadi ringan, maka terapi yang diberikan hanyalah lumbrikasi pada mata yang sakit dan kemudian dilakukan follow-up untuk hari berikutnya. Penyembuhan ini dapat berlangsung selama 2 hari ataupun dalam waktu seminggu. Bagaimanapun untuk menghindari infeksi, pemberian antibiotik dianjurkan. Namun tak lepas dari pengobatan, seorang dokter harus tetap melakukan follow up utnuk meyakinkan bahwa tidak terjdi inefeksi nantinya.
            Sebagai langkah awal, diberikan pengobatan yang berisifat siklopegi seperti atropine 1% pada kasus yang berat, hematropine 5% pada kasus sedang dan cyclopentolate 1% untuk pasien dengan abrasi yang ringan. Anjuran selanjutnya yaitu pada obat topical antibiotic yang terdiri dari polytrim, gentamycin dan tombramycin. Selain itu, pasien dianjurkan untuk istirahat total (bed-rest) diharapkan tidak adanya pergerakkan pasien secara aktif. Apabila pasien merasa nyeri, diberikan pengobatan topical nonsteroid anti inflamasi (Voltaren, Acular atau Ocufen).
2.1.6        Komplikasi
Kadang-kadang epitel dapat disembuhkan kurang patuh pada membran basement yang mendasari.Dalam hal ini mungkin terlepas pada interval sehingga menimbulkan erosi kornea berulang.

2.2 Konsep Dasar Askep
2.2.1 Pengkajian
1 Identitas Klien
Lakukan pengkajian meliputi: nama, jenis kelamin,suku bangsa, tanggal lahir,agama dan tanggal pengkajian.
2 Keluhan utama
          Yang menjadi alasan klien masuk ke rumah sakit adalah nyeri, mata kemerahan.        
3  Riwayat kesehatan sekarang
          Penyakit yang sedang dialami pasien pada saat datang ke rumah sakit nyeri pada bagian mata.
4 Riwayat kesehatan terdahulu
          Penyakit yang pernah dialami pasien sebelumnya adalah Trauma.
5 Riwayat kesehatan keluarga
          Tidak adanya keluarga yang mengalami abrasi kornea.



6. Data Dasar Pengkajian
1.      Aktivitas/Istirahat
    1. Nyeri mata karena gerakan,kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris limitimasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan.
    2. Keterbatasan ruang gerak,kelainan pada mata.
  1. Kardiovaskuler
§  Terjadi kemerahan pada mata
  1. Integritas Ego
    1. Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
    2. Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
    3. Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi, misalnya ketergantungan pada orang lain.
4.       Hygiene
-Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri.
5. Neurosensori
-Kemerahan pada mata dan terasa pedih.
6. Nyeri/kenyamanan
-Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan pembengkakan kelopak matai. Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pagi hari).
7. Keamanan
1.      Kulit pada kelopak mata memerah
2.      Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
3.      Mata mengeluarkan cairan.
8.   Interaksi Sosial
-Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain, perubahan peran: isolasi.
7. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan data yang berkaitan dengan manifestasi klinis dan diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan oftalmoskopik.

2.2.2  Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1.      Nyeri b.d cidera, inkontinuitas jaringan, peningkatan tekanan intra okuler
2.      Gangguan sensori perseptual(visual) yang berhubungan dengan kerusakan kemampuan memproses rangsangan visual.
3.      Resiko cedera b.d berkurangnya penglihatan dan perubahan kedalaman persepsi.
4.      Ansietas yang berhubungan dengan ancaman kehilangan penglihatan, hilangnya pandangan mendadak dan kemungkinan kegagalan mendapatkan pandangan kembali, ancaman terhadap konsep diri serta ancaman terhadap perubahan peran dan fungsi.
5.      Hambatan mobilitas yang berhubungan dengan kehilangan pandangan dan berada dlingkungan yang tidak dikenal.

3.3.3 Rencana Asuhan Keperawatan
No
Diagnosa
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1
Nyeri b.d cidera, inkontinuitas jaringan, peningkatan tekanan okuler.



Setelah dilakukan intervensi kep selama 3x24 jam, diharapkan nyeri dapat berkurang atau tidak ada lagi
-Menunjukan nyeri berkurang atau terkontrol

-Terlihat rilek, dapat istirahat,tidur dan berpartisipasi dalam  aktifitas sesuai kebutuhan
-Pasang balutan mata


-Cukup terang/ atur pencahayaan




-Anjurkan untuk tidak melihat tv,  tidak membaca


-Anjurkan istirahatkan mata atau  turunkan TI
-Untuk melindungi mata dari debu


-Untuk membantu pengelihatan dan untuk menghidari kerusakan retina


-Untuk menghidari rasa perih pada mata



-Untuk menghindari banyaknya cahaya yang masuk ke mata.


2
Gangguan sensori  perseptual (visual) b.d kerusakan kemampuan memproses rangsangan  visual



Setelah di lakukan intervensi kep selama 3x24 jam di harapkan  klien mampu mempertahan kan kemampuan untk menerima rangsangan visual
-Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu

-Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan
-Pastikan derajat/tipe penglihatan



-Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan /kemungkinan kehilangan penglihatan



-Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangani keterbatasan penglihatan





-Anjurkan pasien untuk bedrest dengan satu atau kedua mata di tutup



-Atur kepala agar rongga kornea dalam posisi tidak menggantung
-Mempengaruhi harapan masa depan pasien dan pilihan intervensi

-Untuk mencegah kebutaan, pasien menghadapi kemungkinan atau mengalami pengalaman kehilangan sebagian atau total


-Menurunkan bahaya keamanan sehubungan dengan perubahan lapang pandang/kehilangan penglihatan dan akomodasi pupil terhadap sinar lingkungan

-Untuk mempertahan kan mata dalam keadaan istirahat untukmencegah robekan lebih lanjut

-Gravitasi dapat membantu mencegah lapisan kornea pertama lepas dari lapisan ke dua
3
Resiko cedera b.d berkurangnya penglihatan dan perubahan kedalaman persepsi.

Setelah dilakukan intervensi kep selama 3x24 jam diharapkan klien tidak mengalami cedera selama perawatan
-Menyatakan pemahaman factor yang terlibat dalam kemungkinan cedera

-Menunjukkan perubahan perilku,pola hidup untuk menurunkan factor risiko dan untuk melindungi diri dari cedera

-Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk  meningkatkan keamanan

-Observasi ketajaman penglihatan klien.

-Beritahu klien bahwa kedalaman persepsi akan berubah dan bantu klien sesuai kebutuhan.

-Jauhkan benda benda berbahaya dari jangkauan klien
.

-Bersihkan jalan yang dilewati klien dari benda-benda berbahaya jika klien sudah diperbolehkan beraktivitas.

- Mengetahui perkembangan keadaan mata.



-Mempermudah pasien dalam memnuhi kebutuhannya dan mengerti tentang kedalaman persepsinya



-Mencegah terjadinya cedera
karena keterbatasan lapang pandang




-Mencegah terjadinya cedera terhadap pasien










BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
  Abrasi kornea merupakan luka umum yang mengakibatkan rusakya efitl permukaan kornea.hal inidisebabkan oleh mata kering,lensa kontak,debu atau kotoran.penanganan yang diberikan adalah mencakup pencucian mata dengan saline steril dan mengangkat lensa kontalk hingga kornea sembuh.Abrasi kornea sangat menyakitkan,namun kornea biasanya sembuh tanpa scarring.apabila dalam 24 jam yang menjadi penyebab harus sudah diambil.Photophobia dan air mata yang nrocos adalah gejala umum,sebuah patch mata bias digunakan untuk mengistirahatkan kornea.(Keperawatan Medikal Bedah,Charlene J.Reeves,Gaile).
Abrasi adalah diefek pada lapisan epitel dapat disebabkan oleh trauma benda asing,lensa kontak yang dipakai dalam jangka waktu lama ,defek lapisan air mata,kesulitan menutup kelopak mata atau melapisi kelopak mata atau bulu mata.Abrasi kornea dan benda asing akan diduskusikan lebih dalam dibagian trauma okuler.Abrasi kornea kambuhan yang diakibatkan oleh kebiasan menggosok mata dapat ditangani dengan larutan pelumas,(lensa kontak yang dapat diberi bebas dipakai untuk melindungi kornea dari iritasi yang disebabkan oleh kelopak mata).(Keperawatan Medikal Bedah,Brunner dan suddarth).

3.2  Saran
Diharapkan pada teman-teman khususnya mahasiswa STIKES TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU setelah mempelajari makalah ini dapat mengetahui pengertian Abrasi Mata, penyebab, serta dapat  melakukan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami abrasi mata.




DAFTAR PUSTAKA

  1. Ilyas, Sidarta., Trauma Mata : Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. FK-UI, Jakarta, 2004. Hal : 259,264-5.
  2. Ilyas, Sidarta., Trauma Tumpul Mata : Ilmu Penyakit Mata. Sagung Seto, Jakarta, 2002. Hal : 263-6.
  3. Webb, Lennox.A., Trauma : Manual of Eye Emergencies. Butterworth Heinemann,  London, 2004. Hal : 114-6, 123-4.
4.      http://www.portalkalbe/kalbe_ContusioOculi.html. Accessed on : February 24th 2009.
5.      Anonim, Corneal Abrasion in Encyclopedia of Medicine 2006. Available at http://www.healthatoz/transform.jps.html. Accessed on : February 24th 2009.
6.      Anonim, Corneal Abrasion and Reccurent Corneal Erosions. Avalable at http://www.yahoo.com/revoptomSECT3F.html. Accessed on : February 24th 2009.
7.      Anonim, Corneal Abrasion. Available at http://www.emedicine.com/799316-overview.html. Accessed on : February 25th 2009.
8.      Anonim, Corneal Abrasion. Available at http://www.wikipedia.com/ corneal_abrasion.html. Accessed on : February 25th 2009.











Tidak ada komentar :

Posting Komentar

"Terima kasih telah mengunjung Blog saya''