Minggu, 13 Mei 2012
Rabu, 09 Mei 2012
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PENYAKIT ARTHRITIS REUMATOID
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
PENYAKIT ARTHRITIS REUMATOID

Disusun Oleh :
Viven Cornysen
NPM: 0926010080
Dosen
Pembimbing : Ns. Ida rahmawati, S. Kep
JURUSAN KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI
SAKTI
BENGKULU
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
karena rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas keperawatan
gerontik dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien Arthritis
Rheumatoid”. Dalam penyelesaian makalah
ini penulis telah mendapatkan bimbingan dari dosen pembimbing mata kuliah keperawatan
gerontik Ibu Ns ida rahmawati S.kep yang dengan sabar memberikan dan
mencurahkan pengetahuan kepada penulis.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan
dalam penulisan dan penyusunan makalah ini, untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran untuk perbaikan penulisan di masa mendatang. Namun, terlepas
dari kekurangan tersebut, penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat
bagi mahasiswa keperawatan dalam mempelajari asuhan keperawatan pada pasien
arthritis rheumatoid, khususnya mata kuliah keperawatan gerontik
Bengkulu, april
2012
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL………………………………………………….. i
KATA
PENGANTAR………………………………………………… ii
DAFTAR
ISI…………………………………………………………… iii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang…………………………………………… 1
1.2 Tujuan……………………………………………………… 1
1.3 Manfaat……………………………………………………. 2
BAB
II TINJAUAN TEORITIS
2.1 konsep dasar teori….………………………………………… 3
2.1.1 Definisi…..………………………………………………… 4
2.1.2 Etiologi ..…..………………………………………………... 5
2.1.3 patofisiologi………………………………………….…… 10
2.1.4 Manifestasi klinis………………………………………… 11
2.1.5 WOC ……………………………………………………… 13
2.1.6 Pemeriksaan penunjang………………………………….. 14
2.1.7 Penatalaksanaan..……..…………………………………. 14
2.1.8 Komplikasi………………………………………………….. 15
BAB
III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 konsep dasar asuhan
keperawatan…………………………. 17
3.1.1 Pengkajian………………………………………………. 17
3.1.2 Diagnosa
Keperawatan…….………………………………. 20
3.1.3 Rencana Asuhan Keperawatan
…………………………… 21
BAB
IV ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
4.1 Pengkajian………………………………………………. 27
4.2 Diagnosa
keperawata………………………………………… 27
4.3 rencana asuhan
keperawatan…………………………………
4.4 catatan
perkembangan………………………………………..
BAB
V PENUTUP
5.1 kesimpulan
5.2 saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Arthritis reumatod
(AR) merupakan suatu penyakit yang tersebar luas serta melibatkan semua
kelompok ras dan etnik di dunia. Penyakit ini merupakan suatu penyakit autoimun
yang ditandai dengan terdapatnya sinovitis erosive simetrik yang walaupun
terutama mengenai jaringan persendian, seringkali juga melibatkan organ tubuh
lainnya. Sebagian besar pasien menunjukkan gejala penyakit kronik yang hilang
timbul, yang jika tidak diobati akan menyebabkan terjadinya kerusakan
persendian dan deformitas sendi yang progresif yang menyebabkan disabilitas
bahkan kematian dini. Walaupun faktor genetik, hormon seks dan umur telah
diketahui berpengaruh kuat dalam menentukan pola morbiditas penyakit ini,
hingga etiologi AR yang sebenarnya tetap belum dapat diketahui dengan pasti (Tim
FKUI, 2006).
Penyakit rematik
yang sering disebut arthritis (radang sendi) dan dianggap sebagai suatu keadaan
sebenarnya terdiri atas lebih dari 100 tipe kelainan yang berbeda. Penyakit ini
terutama mengenai otot skeletal, tulang, ligamentun, tendon, persendian pada
laki-laki maupun wanita dengan segala usia. Sebagian gangguan lebih besar
kemungkinan untuk terjadi pada suatu waktu tertentu dalam kehidupan pasien atau
lebih menyerang jenis kelamin yang satu dibandingkan lainnya. Dampak keadaan
ini dapat mengancam jiwa penderitanya atau hanya menimbulkan gangguan
kenyamanan dan masalah yang disebabkan oleh penyakit rematik tidak hanya
keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan aktivitas hidup sehari-hari
tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas tetap dapat menimbulkan kegagalan
organ dan kematian atau mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah
lelah, perubahan citra diri serta gangguan tidur (Brunner dan Suddarth, 2001 :
1781).
1.2.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan kelompok dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
penyakit arthritis rheumatoid, dan sebagai literatur bagi mahasiswa
keperawatan.
2.
Tujuan Khusus
a.
Untuk mengetahui konsep dasar teori tentang
penyakit arthritis rheumatoid.
b.
Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan
pasien dengan penyakit arthritis rheumatoid, yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan dan intervensinya.
c.
Untuk mengetahui pemberian asuhan keperawatan
pada kasus arthritis rheumatoid, yang dimulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
1.3.
Manfaat
1.
Sebagai gambaran bagi mahasiswa keperawatan
dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien arthritis rheumatoid.
2.
Agar mahasiswa keperawatan dapat menambah
pengetahuan tentang arthritis rheumatoid.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1.
Konsep Dasar Teori
2.1.1.
Definisi
Atritis rhematoid(AR)adalah suatu
penyakit sistemik yang bersifat progresif yang cenderung untuk menjadi kronis
dan mengenai sendi dan jaringan lunak.AR adalah suatu penyakit autoimun dimana
persendian(biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan
,sehingga terjadi pembekakan ,nyeri dan acapkali akhirnya akan menyebabkan
kerusakan bagian dalam sendi .karateristik AR adalah radang cairan sendi
(sinivitis inflamatoir)yang persisten ,biasanya mengenai sendi-sendi perifer
dengan penyebaran yang simetris.(dr.iskandar junaidi 2006)
Arthritis
rheumatoid (AR) merupakan suatu penyakit yang tersebar luas serta melibatkan
semua kelompok ras dan etnik di dunia. Penyakit ini merupakan suatu penyakit
autoimun yang ditandai dengan terdapatnya sinovitas erosit simetrik yang
walaupun terutama mengenai jaringan persendian, seringkali juga melibatkan
organ tubuh lainnya (Aru W. Sudoyo, dkk, 2006, 1174).
Arthritis
rheumatoid adalah gangguan kronik yang menyebabkan berbagai sistem organ.
Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan penyambung
difusi yang diperantarai oleh imunitas dan tidak diketahui sebab-sebabnya.
Biasanya terjadi destruksi sendi progresif, walaupun episode peradangan sendi dapat
mengalami masa remisi
2.1.2.
Etiologi
Penyebab
AR belum diketahui dengan pasti ada yang mengatakan karena
mikroplasma,virus,dan sebaganya.berbagai faktor termasuk kecendrungan genetik
,bisa mempengaruhi reaksi autoimun.bahkan beberapa kasus AR telah ditemukan
dengan keadaan stress yang berat,seperti tiba-tiba kehilangan suami atau
istri,kehilangan seluruh harta benda dalam suatu musibah kebakaran, kehilangan
anak satu-satunya yang disayangi,hancurnya perusahan yang dimilikinya dan
sebagainya.
Pada
peradangan kronis, membran sinovial mengalami pembesaraan (hipertrofi) dan
menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yang menyebabkan kematian
(nekrosis) sel dan respons peradangan pun berlanlanjut.sinovial yang menebal
kemudian dilapisi oleh jaringan granular yang disebut panus.panus dapat
menyebar keseluruh sendi sehinga semakin merangsang peradangan dan membentuk
jaringan parut,proses ini secara
perlahan aakan merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas(
kelainan bentuk)
Antibodi
yang ditunjukan kekomponen tubuh sendiri ini disebut faktor rematoid(FR)
keberadaan FR akan menetap dikapsul sndi dapat menimbulkan peradangan kronis
serta merusak jaringan.(dr.iskandar junaidi 2006)
Penyebab
pasti arthritis rheumatoid tidak diketahui (Parakrama & Clive, 2005 :
887).. Faktor genetik seperti produk kompleks histokompatibility utama kelas II
(HLA-OR)
Ø Komplek
Histokompatilibtas Utama Kelas I
Telah lama diketahui
bahwa AR lebih sering dijumpai pada kembar monozygotic dibandingkan dari kembar
dizygotic. Akan tetapi bukti terkuat yang menunjukkan bahwa AR memiliki
predisposisi genetik diketahui dari terdapatnya hubungan antara produk
kompleks histokompatibility utama kelas II khususnya HLA-DR4 dengan AR seropositif.
Pengembang HLA-DR4.
Ø
Hubungan
Hormon Seks dengan Arthritis Rheumatoid
Beberapa observasi telah menimbulkan
dugaan bahwa hormon sek merupakan salah satu faktor predisposisi penyakit ini.
Sebagai contoh, prevalensi AR diketahui 3 kali lebih banyak diderita kaum
wanita di X, dari kaum pria. Rasio ini dapat mencapai 5 : 1 pada wanta dalam
usia subur. Demikian pula remisi seringkali dijumpai pada pasien AR yang sedang
hamil.
Ø
Faktor
Infeksi Sebagai Penyebab Arthritis Rheumatoid
Dugaan faktor infeksi sebagai penyebab AR
yang timbul karena umumnya agen penyakit ini terjadi secara mendadak dan timbul
dengan disertai oleh gambaran inflamasi yang mencolok. Dengan demikian timbul
dugaan kuat bahwa penyakit ini sangat mungkin disebabkan oleh tercetusnya suatu
proses autoimun oleh suatu antigen tunggal atau beberapa antigen tertentu saja
agen infeksius yang diduga merupakan penyebab AR antara lain adalah bakteri
mycoplasma atau virus (Aru W. Sudoyo, dkk, 2006 : 1174).
2.1.3.
Patofisiologi
Artritis rematoid
kira-kira 21/2 kali lebih sering menyerang perempuan
daripada laki-laki.insident meningkat dengan bertambahnya usia, terutama pada
perempuan. Insident puncak adalah aantara usia 40 hingga 60 tahun.penyakit ini
menyerang orang-orang diseluruh dunia dari berbagai suku bangsa. Sekitar 1%
orang dewasa menderita atritis reumatoid yang jelas, dan dilaporkan bahwa di
amerika serikat setiap tahun timbul kira-kira 750 kasus baru per satu juta
penduduk.( Sylvia A. Price, 2006).
Pemahaman mengenai
anatomi normal dan fisiologis persendiaan diartrodial atau synovial merupakan
kunci untuk memahami patofisiologi penyakit reumatik. Fungsi persendian
synovial memiliki kisaran gerak tertentu, kendali masing-masing orang tidak
mempunyai kisaran gerak yang sama pada sendi-sendi yang dapat digerakkan.
Sendi merupakan
bagian tubuh yang paling sering tertekan inflamasi dan degenerasi yang terlihat
pada penyakit reumatik. Meskipun memiliki keanekaragaman mulai dari kelainan
yang terbatas pada satu sendi sehingga kelainan multisystem yang sistemik,
semua penyakit reumatik meliputi inflamasi dan generasi dalam derajat tertentu
yang bisa terjadi sekaligus. Inflamasi akan terlihat pada persendian sebagai
sinovitas, pada penyakit reumatik inflamatori, inflamasi merupakan proses
sekunder yang timbul akibat pembentukan pannus (proliferasi jaringan synovial),
inflamasi merupakan akibat dari respon imun.
Sebaliknya pada
penyakit rematik degenerative dapat terjadi proses inflamasi yang sekunder.
Sinovitis ini biasanya lebih ringan serta menggambarkan proses reaktif dan
lebih besar kemungkinannya untuk terlihat pada penyakit yang lanjut. Sinovitis
dapat berhubungan dengan pelepasan proteoglikon tulang rawan yang bebas dari
kartilago artikuler yang mengalami degenerasi kendati faktor-faktor imunologi dapat
pula terlibat (Brunner dan Suddarth, 2001 : 1782).
Ø
Inflamasi
Inflamasi meliputi
serangkaian tahapan yang sering berkaitan. Tahap pertama merupakan kejadian
pemicu dimana stimulus antigen mengaktifkan monosit dan limfosit T (yang juga
dinamakan sel T), selanjutnya antibodi immunoglobulin membentuk kompleks imun
dengan antigen (reaksi tipe III-yang diantara komplek imun). Fagositosis
kompleks imun akan dimulai dan menghasilkan reaksi inflamasi (pembengkakan,
nyeri serta udema pada sendi (Brunner dan Suddarth, 2001 : 1782).
Ø
Degenerasi
Degenerasi
kartilago artikuler disebabkan oleh gangguan keseimbangan fisiologis antara
stress mekanik dan kemampuan jaringan sendi untuk bertahan terhadap stress
tersebut. Kartilago artikuler maupun tulang dapat normal tetapi beban (gaya
yang dihasilkan oleh berat tubuh) yang berlebihan pada sendi yang menyebabkan
jaringan tersebut gagal, atau beban pada sendi secara fisiologis masih layak
tetapi kartilago artikuler atau tulangnya tidak normal.
§
Stres mekanik
Kartilago artikuler sangat resisten
terhadap proses pengausan dalam kondisi gerakan yang berkali-kali, kendati
beban benturan yang berulang (percepatan dimana gaya tersebut diberikan) akan
menyebabkan kegagalan sendi pada tingkat kartilago. Ketika sendi mengalami
stress mekanis yang berulang, elastisitas kapsula sendi, kartilago artikuler
dan ligamentum akan berulang. Kartilago sendi mengalami degenerasi serta atrofi
(mengeriput), tulang mengeras dan mengalami hipertrofi (menebal) pada permukaan
sendinya, dan ligamentum akan mengalami klasifikasi. Sebagai akibatnya dapat
terbentuk efusi sendi yang steril dan sinovitas sekunder.
§
Perubahan Pelumasan
Di samping perubahan pada kartilago
artikuler dan tulang subkondrial, pelumasan (lubrikasi) sendi juga merupakan
salah satu faktor dalam degenerasi sendi, bersama dengan beban sendi (gaya yang
dipikul lewat sendi), pelumasan bergantung pada lapisan tipis cairan
interstisial yang terperah dari kartilago ketika terjadi kompresi pada
permukaan sendi yang berlawanan, mekanisme yang secara normal bekerja di bawah
beban berat yang tinggi untuk menghasilkan lapisan tipis pelumas dapat
terpengaruh.
§
Imobilitas
Imobilitas sendi merupakan faktor
lainnya yang dapat menimbulkan perubahan degeneratif pada kartilago artikuler.
Perubahan ini lebih mencolok dan tampak lebih dini di daerah kontak kendati
dapat pula terjadi pada bagian yang tidak mengalami kompresi mekanis.
Degenerasi kartilago akibat imobilitas sendi dapat terjadi akibat gangguan
kerja pemompaan lubrikasi yang terjadi pada gerakan sendi.
2.1.4.
Manifestasi klinis
Gejala klinis penyakit ini sangat bervariasi. Hal ini
bergantung pada sendi yang terkena, lama dan intensitasnya. Gejala biasanya
berkembang secara berangsur-angsur dengan progresif.
1.
Nyeri, Nyeri merupakan gejala yang umum pada
penyakit ini. Biasanya bersifat kambuhan, tumpul dan pegal-pegal dan akan
terasa bila sendi yang bersangkutan digerakkan terlalu lama. Nyeri biasanya
timbul pada waktu dingin di pagi hari.
2.
Spasme otot dan kekakuan, Terjadi di pagi hari,
aktivitas ringan biasanya dapat menghilangkan kekakuan.
3.
Pergerakan terbatas, Dapat terjadi karena
pengaruh nyeri atau sebagai akibat dari kurang digunakannya sendi yang
bersangkutan.
4.
Pembengkakan sendi
5.
Sendi berbunyi
6.
Rasa lelah dan lesu
7.
Kesulitan tidur yang bisa terjadi akibat dari
nyeri
8.
Susah berjalan
9.
Rasa kesemutan pada kaki/tangan
10. Berat
badan menurun dan nafsu makan berkurang.
Manifestasi klinis arthritis rheumatoid sangat bervariasi dan
biasanya mencerminkan stadium serta beratnya penyakit, rasa nyeri,
pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi pada sendi merupakan gambaran
klinis yang klasik untuk arthritis rheumatoid.
Kriteria dari American Rheumatism Association (APA), adalah :
1.
Kaku pada pagi hari (morning stiffness). Pasien
merasa kaku pada persendian dan di sekitarnya sejak bangun tidur sampai
sekurang-kurangnya satu jam sebelum perbaikan maksimal.
2.
Arthritis pada tiga daerah, terjadi pembengkakan
jaringan lunak atau persendian (soft tissue swelling) atau lebih efusi, bukan
pembesaran tulang (hiperestosis). Terjadi pada sekurang-kurangnya tiga sendi
secara bersamaan dalam observasi seorang dokter. Terdapat 14 persendian yang
memenuhi kriteria yaitu proksimal, matokarfafalang pergelangan tangan, siku,
pergelangan kaki, dan metatasofalang dan kanan.
3.
Arthritis pada persendian tangan,
sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu persendian tangan seperti tertera
di atas.
4.
Arthritis simetris maksudnya keterlibatan sendi
yang sama (tidak mutlak bersifat simetris) pada kedua sisi secara serentak
(symmetrical polyarthritis simultaneously).
5.
Nodul rheumatoid yaitu nodul subkutan pada
penonjolan tulang atau permukaan ektensor atau daerah sukstaartikular dalam
observasi seorang dokter, biasa juga pada bursa olekramon (sendi kaku)
6.
Faktor rheumatoid serum positif terdapat titer
abnormal faktor rheumatoid serum yang diperiksa dengan cara yang memberikan
hasil positif kurang dari 5% kelompok kontrol.
7.
Terdapat perubahan gambaran radiologis yang khas
pada pemeriksaan sinar rontgen tangan posteroanterior atau pergelangan tangan,
yang harus menunjukkan adanya erosi atau dekalsifikasi tulang berlokalisasi
pada sendi atau daerah yang berdekatan dengan sendi.
Diagnosis arthritis rheumatoid ditegakkan jika
sekurang-kurangnya terpenuhi 4 dari 7 kriteria di atas, kriteria 1 sampai 4
harus terdapat minimal selama 6 minggu
2.1.5.
WOC
|
||||
|
||||
![]() |
|
|

|

2.1.6.
Pemeriksaan Penunjang
Tidak banyak berperan dalam diagnosis arthritis rheumatoid,
namun dapat menyokong bila terdapat keraguan atau untuk melihat prognosis
pasien pada pemeriksaan laboratorium terdapat :
1.
Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih
dari 75% pasien arthritis rheumatoid terutama bila masih aktif, sisanya dapat
dijumpai pada pasien lepra, tuberkulosis paru, sirosis hepatis, hepatitis
infeksiusa, lues endokarditis bakteriolis, penyakit kolagen, dan sarkoldosis.
2.
Protein C-reaktif biasanya positif
3.
LED meningkat
4.
Leukosit normal atau meningkat sedikit
5.
Anemia normositik hipokrom akibat adanya
inflamasi yang kronik.
6.
Trombosit meningkat.
7.
Kadar albumin serum turun dan globulin naik.
Pada pemeriksaan rongent, semua sendi dapat terkena tapi yang
tersering adalah sendi metatarsofalank dan biasanya simetris. Sendi sarlo
iliaka juga sering terkena. Pada awalnya terjadi pembengkakan jaringan lunak
demineralisasi juksta articular. Kemudian terjadi penyempitan ruang sendi dan
erosi.
2.1.7.
Penatalaksanaan
1.
Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan
penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik dan
terjamin ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam jangka waktu yang lama.
2.
OAINS
diberikan sejak
dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang sering dijumpai. OAINS
yang diberikan :
a.
Aspirin
Pasien di bawah 65 tahun dapat mulai
dengan dosis 3-4 x 1gr/hari, kemudian dinaikkan 0,3-0,6 per minggu sampai
terjadi perbaikan atau gejala toksin. Dosis terapi 20-30 mg/dl. Ibuprofen,
naproksen, piroksikam, diklofenak, dan sebagainya.
3.
DMARD
digunakan untuk
melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat arthritis
rheumatoid, mula khasiatnya baru terlihat setelah 3-12 bulan kemudian. Setelah
2-5 tahun, maka efektivitasnya dalam menekan proses rheumatoid akan berkurang.
Keputusannya penggunaannya bergantung pada pertimbangan risiko manfaat oleh
dokter. Umumnya segera diberikan setelah diagnosis arthritis rheumatoid ditegakkan,
atau bila respons OAINS tidak baik, meski masih dalam status tersangka.
a. Obat imunosupresif atau imunoregulator
Metotreksat sangat
mudah digunakan dan waktu mulai kerjanya relatif pendek dibandingkan dengan
yang lain. Dosis dimulai 5-7,5 mg setiap minggu. Bila dalam 4 bulan tidak
menunjukkan perbaikan, dosis ahrus ditingkatkan. Dosis jarang melebihi 20
mg/minggu. Efek samping jarang ditemukan. Penggunaan sitklosporin untuk
arthritis rheumatoid masih dalam penelitian.
b.
Kortikosteroid,
hanya dipakai
untuk pengobatan arthritis rheumatoid dengan komplikasi berat dan mengancam
jiwa, seperti vaskulitis, karena obat ini memiliki efek samping yang sangat
berat. Dalam dosis rendah (seperti prednisone 5-7,5 mg satu kali sehari) sangat
bermanfaat sebagai bridging therapy dalam mengatasi sinovitis sebelum DMARD
mulai bekerja, yang kemudian dihentikan secara bertahap. Dapat diberikan
suntikan kortikosteroid, intraartikular jika terhadap peradangan yang berat.
Sebelumnya infeksi harus disingkirkan terlebih dahulu.
4.
Rehabilitasi,
bertujuan meningkatkan
kualitas hidup pasien, caranya antara lain dengan mengistirahatkan sendi yang
terlipat, latihan, pemanasan dan sebagainya. Fisioterapi dimulai segera setelah
rasa sakit pada sendi berkurang atau minimal. Bila tidak juga berhasil, mungkin
diperlukan pertimbangan untuk tindakan operatif.
2.1.8.
Komplikasi
Kelainan sistem
pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptic yang
merupakan komplikasi utama penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS)
atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying antirheumatoid drugs,
DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada art.
Komplikasi saraf
yang terjadi tidak memberikan gambaran jelas, sehingga sukar dibedakan antara
akibat lesi artikular dan lesi neuropatif umumnya berhubungan dengan mielopai
akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat
vaskulitis.
BAB III
ASKEP
3.2.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
3.2.1.
Pengkajian
1.
Identitas Klien
Identitas klien meliputi nama, jenis
kelamin, umur, agama, status perkawinan, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan,
alamat, tanggal masuk RS dan tanggal pengkajian.
2.
Riwayat kesehatan
a.
Keluhan utama/alasan masuk RS
Biasanya klien datang dengan keluhan
nyeri pada persendian, kekakuan otot, dan pergerakan terbatas.
b.
Riwayat
kesehatan sekarang
Umumnya klien mengatakan nyeri di
persendian bersifat kambuhan, dan akan terasa nyeri bila sendi digerakkan
terlalu lama, dan nyeri biasanya timbul pada pagi hari, terjadi kekakuan otot
di pagi hari, pergerakan terbatas, rasa lelah dan lesu, kesulitan tidur, berat
badan menurun dan nafsu makan berkurang.
c.
Riwayat kesehatan dahulu
Kaji adanya nyeri pada ekstremitas
pada waktu dahulu, apakah klien telah mengalami penyakit yang ia alami waktu
dahulu, apakah upaya yang telah ia lakukan untuk mengatasi keluhannya.
d.
Riwayat kesehatan keluarga
Kaji riwayat arthritis rheumatoid,
adakah keluarga yang mempunyai penyakit yang sama dengan klien ?
3.
Data Dasar Pengkajian
Data tergantung keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya (misalnya
: mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan (misanya : eksaserbasi akut atau
remisi) dan keberadaan bersama bentuk arthritis lainnya.
a.
Aktivitas/Istirahat
Gejala
: - Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan,
memburuk dengan stress, pada sendi : kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi
secara bilateral dan simetris.
- Limitasi
fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan.
- Keletihan
Tanda : - Malaise
- Keterbatasan rentang gerak : atrofi otot,
kulit, kontraktur/ kelainan pada sendi dan otot.
b.
Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena
Raynaud jari tangan/kaki (misal : pucat intermiten sianosis, kemudian kemerahan
pada jari sebelum warna kembali normal)
c.
Integritas Ego
Gejala : - Faktor stress akut/kronis, misal : finansial,
pekerjaan, ketidakmampuan
- Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi
ketidak mampuan)
- Ancaman pada konsep diri, citra tubuh,
identitas pribadi (ketergantungan pada orang lain)
d.
Makanan/Cairan
Gejala : - Ketidakmampuan untuk menghasilkan/mengkonsumsi
makanan cairan adekuat, misal : mual
- Anoreksia
- Kesulitan
untuk mengunyah (keterlibatan TMS)
Tanda : - Penurunan berat badan
- Kekeringan pada membran mukosa.
e.
Higiene
Gejala : Berbagai
kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi ketergantungan pada
orang lain.
f.
Neurosensori
Gejala : kebas/kesemutan
tangan dan kaki, bilangan sensasi pada jari tangan
Tanda : Pembengkakan
pada sendi simetris.
g.
Nyeri / Kenyamanan
Gejala : - Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai
oleh pembengkakan jaringan lunak pada sendi)
- Rasa nyeri ke tonus dan kekakuan (terutama
pada pagi hari)
h.
Keamanan
Gejala : - Kulit mengkilat, tegang nodul supkataneus
- Lesi kulit/ulkus kaki
- Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan
RT.
- Demam ringan menetap
- Kekeringan pada mata dan membran mukosa.
i.
Interaksi Sosial
Gejala : - Kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain
: perubahan peran, isolasi.
j.
Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : - Riwayat Arthritis rheumatoid pada keluarga
(pada awitan remaja)
- Penggunaan makanan kesehatan, vitamin,
penyembuhan arthritis tanpa pengujian.
- Riwayat
perikarditis, lesi katup, fibrosis pulmonal, pleuritis.
k.
Pertimbangan rencana pemulangan
DRG menunjukkan rerata lama dirawat :
4,8 hari.
Mungkin membutuhkan bantuan pada
transportasi, aktivitas perawatan diri dan tugas/pemeliharaan rumah tangga.
Ø Identifikasi Masalah Emosional
PERTANYAAN TAHAP 1
·
Apakah klien mengalami sukar tidur? tidak
·
Apakah klien sering merasa gelisah? ya
·
Apakah klien sering murung/menangis sendiri? ya
·
Apakah klien was-was/kuatir? Ya

jika lebih dari/sama dgn 1 jwb
“ya”.
PERTANYAAN TAHAP 2
·
Keluhan lebih dari 3 bln/lebih dari 1 kali dlm 1 bln? ya
·
Ada masalah/banyak pikiran? Ya
·
Ada gangguan /masalah dengan keluarga lain? Ya
·
Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dr? Tidak
·
Cenderung mengurung diri? Tidak
![]() |
Bila
lebih dari/sama dgn
1 jwb “ya”.
MASALAH
EMOSIONAL POSITIF (+)
no
|
Kriteria
|
Dgn bantuan
|
Mandiri
|
keterangan
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1
|
makan
|
0
|
10
|
Frekwensi : 3
jumlah : satu porsi
jenis : nasi
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2
|
minum
|
0
|
10
|
Frekwensi : normal
Jumlah : 2liter
jenis : cairan
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3
|
berpindah dari kursi roda ketempat tidur atau sebaliknya
|
0
|
15
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
4
|
personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, gosok gigi)
|
5
|
0
|
frekwensi : kadang - kadang
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
5
|
keluar masuk toilet (mencuci pakaian, menyeka tubuh,
menyiram)
|
5
|
10
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
6
|
mandi
|
5
|
15
|
frekwensi : 2x sehari
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
7
|
jalan dipermukaan datar
|
5
|
0
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
8
|
naik turun tangga
|
10
|
5
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
9
|
mengenakan pakaian
|
5
|
10
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
10
|
kontrol bowel (BAB)
|
5
|
10
|
frekwensi : 2xshri
konsistensi : sedang
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
11
|
kontrol bladder (BAK)
|
5
|
10
|
frekwensi : sering
warna : kuning
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
12
|
olah raga / latihan
|
10
|
5
|
frekwensi : kadang- kadang
jenis :
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
13
|
rekreasi / pemanfaatan waktu luang
|
5
|
10
|
frekwensi : kadang-kadang
jenis : jalan-jalan halaman rumah
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
keterangan :
a.
105 : mandiri
b.
60 : ketergantungan total
PENGKAJIAN STATUS MENTAL GERONTIK
identifikasi tingkat kerusakan intelektual dgn menggunakan
short portable mental status questrioner ( SPMSQ )
intruksi : ajukan pertanyaan 1-10 pd daftar ini dan catat
semua jawab, catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan
|
Identifikasi aspek kognitif dari
fungsi mental dengan menggunakan MMSE ( minimental status exsam)
· Orientasi
· Registrasi
· perhatian
|
·
Kalkulasi
·
Mengingat kembali
·
Bahasa
|
No
|
ASPEK
KOGNITIF
|
NILAI
MAKS
|
NILAI
KLIEN
|
KRITERIA
|
1.
|
Orientasi
|
5
|
|
Menyebutkan dengan benar:
· Tahun
· Musim
· Tanggal
· Hari
· Bulan
Dimana kita
sekarang berada?
· Negara Indonesia
· Propinsi Bengkulu
· Kota Bengkulu
· PSTW…
· Wisma…
|
2
|
registrasi
|
3
|
|
sebutkan nama 3 objek (0/ pemeriksa )
detik untuk mengatakan masing-masing objek. Kemudian tanyakan kepada klien
ke-3 objek tadi ( u/disebutkan )
· Objek…
· Objek…
· Objek…
|
3
|
perhatian dan kalkulasi
|
5
|
|
minta klien untuk memulai dari angka
100 kemudian dikurangi 7-5 kali/tingkat
· 93
· 86
· 79
· 72
· 65
|
4
|
mengingat
|
3
|
|
Minta klien untuk mengulangi ke3 objek pada no.2 (
registrasi) tadi, bila benar satu point untuk masing-masing objek
|
5
|
bahasa
|
9
|
|
tunjukkan pada klien suatu benda dan
tanyakan namanya pada klien
· (misal jam tangan)
· (misal pensil)
minta klien untuk mengulang kata
berikut : “tak ada, jika, dan, atau, tetapi”. Bila benar, nilai 1 point
minta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri dari 3 langkah : “ambil kertas di tangan anda, lipat dua
dan taruh dilantai”.
· Ambil kertas ditangan anda
· Lipat dua
· Taruh dilantai
perintahkan pada klien untuk hal
berikut (bila aktivitas sesuai perintah nilai 1 point)
· “tutup mata anda”
perintahkan pada klien untuk menulis
satu kalimat dan menyalin gambar
· Tulis satu kalimat
· Menyalin gambar
|
|
TOTAL
|
|
|
|
Interprestasi hasil :
>23: aspek kognitif dari
F/mental baik
18-22 : kerusakan aspek F/mental
ringan
<17 : terdapat kerusakan aspek
F/mental berat
3.2.2.
Diagnosa Keperawatan yang Mungkin
Muncul
1.
Nyeri (kronis) berhubungan dengan proses
inflamasi ; distensi jaringan : penurunan fungsi tulang; destruksi sendi.
2.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
deformitas skeletal; nyeri, ketidaknyamanan; intoleransi aktivitas; penurunan
kekuatan otot.
3.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum
3.2.3. Rencana Asuhan keperawatan
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan
|
Kriteria
|
Tindakan/Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Nyeri (kronis)
berhubungan dengan proses inflamasi; distensi jaringan : penurunan fungsi tulang;
destruksi sendi.
|
Setelah dilakukan intervensi selama 3 x 24 jam
diharapkan nyeri hilang/ berkurang
|
-
Pasien tampak tidak meringis menahan
sakit
-
Pasien bisa istirahat dengan tenang
-
Pasien bisa tidur dengan nyenyak
-
TTV dalam batas normal
TD : 110-140/70-90 mmHg
ND : 80-100 x/i
RR : 16-24 x/i
S : 36,5o-37oC
-
Skala nyeri 1-3
-
Klien tampak rilek
|
Mandiri
-
Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan
intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda rasa
nyeri non verbal
-
Berikan matras/kasur keras, bantal
kecil, tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan.
-
Anjurkan pasien mengambil posisi yang
nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi.
-
Tempatkan/pantau penggunaan bantal
-
Anjurkan untuk sering mengubah
posisi.
-
Anjurkan pasien untuk mandi air
hangat pada waktu bangun dan/atau pada waktu tidur.
-
Berikan masage yang lembut
-
Anjurkan penggunaan teknik manajemen
stress.
-
Libatkan dalam aktivitas hiburan yang
sesuai untuk situasi individu.
Kolaborasi
:
-
Berikan obat-obatan sesuai indikasi
-
Asetilsalisilat (aspirin)
-
NSAID lainnya misalnya : ibuprofen
(motrin), neproksen (noproksyn), sulindak (clinoril), piroksikam (feldena),
fenoprofen (nalfon).
-
Penisilamin (cuprimine)
-
Antasida
-
Produk kodein
-
Berikan es atau kompres dingin jika
dibutuhkan.
|
-
Membantu dalam menentukan kebutuhan
manajemen nyeri dan keefektifan program.
-
Matras yang lembut/empuk, bantal yang
besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan
stress pada sendi yang terinflamasi/nyeri.
-
Pada penyakit berat/eksaserbasi tirah
baring mungkin diperlukan (sampai perbaikan objek dan subjektif didapat)
untuk membatasi nyeri/cidera sendi.
-
Memperistirahatkan sendi-sendi yang
sakit dan mempertahankan posisi netral.
-
Mencegah terjadinya kelelahan umum
dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/rasa sakit pada
sendi.
-
Panas meningkatkan relaksasi otot dan
mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan pada pagi hari.
Sensitivitas pada ponasi dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan.
-
Meningkatkan relaksasi/ mengurangi
tegangan otot.
-
Meningkatkan relaksasi, mengurangi
tegangan otot/ spasme, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi.
-
Memfokuskan kembali perhatian,
memberikan stimulasi dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat.
-
ASA bekerja sebagai anti inflamasi
dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan
mobilitas. ASA harus dipakai secara regular untuk mendukung kadar dalam darah
terapeutik. Riset mengindikasikan bahwa ASA memiliki indek toksisitas yang
paling rendah dari NSAID lain yang diresepkan.
-
Dapat digunakan bila pasien tidak
memberikan respon pada aspirin atau untuk meningkatkan efek dari aspirin.
Catatan
: obat-obatan ini harus diberikan dengan urutan yang meningkat menurun
keparahan efektif dan efek-efek samping (indeks toksisitas).
-
Dapat mengontrol efek-efek sistem dan
AR jika terapi lainnya tidak berhasil, tingkat yang tinggi dari efek-efek
samping (misal trombositopenia, leokopenia, anemia aplastik) membutuhkan
pemantauan.
-
Diberikan dengan agen NSAID untuk
meminimalkan iritasi/ketidak nyamanan lambung
-
Meskipun narkotik umumnya adalah
kontraindikasi, karena sifat kronis dan kondisi, penggunaan jangka pendek
mungkin diperlukan selama periode eksaserbasi akut untuk mengontrol nyeri
patah.
-
Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri
dan bengkak selama periode akut.
|
2
|
Gangguan mobilitas
fisik berhubungan dengan deformitas skeletal; nyeri, ketidaknyamanan;
intoleransi aktivitas; penurunan kekuatan otot.
|
Setelah
dilakukan intervensi selama 3 x 24 jam diharapkan masalah gangguan mobilitas
fisik dapat teratasi
|
-
Mampu Memdemonstrasikan teknik/
perilaku melakukan aktivitas.
-
Adanya peningkatan kemampuan
mobilitas
-
Rentang gerak bebas
-
Kekuatan otot 4-5
|
Mandiri
:
-
Lanjutkan pemantauan tingkat
inflamasi/rasa sakit pada sendi.
-
Pertahankan istirahat tirah
baring/duduk jika diperlukan,
-
Bantu dengan gerak aktif/ pasif,
demikian juga latihan resistif dan isometric jika memungkinkan
-
Bantu untuk mengubah posisi dengan sering dengan jumlah personal
cukup
-
Ciptakan lingkungan yang aman dan
nyaman.
Kolaborasi
-
Konsul dengan ahli terapi fisik /
okupasi dan spesialis vokasional.
-
Berikan obat-obatan sesuai indikasi :
agen anti reumatik, analgesik
-
Steroid
-
Inflasendi
|
-
Tingkat aktivitas/latihan tergantung
dari perkembangan/resolusi dari proses inflamasi.
-
Istirahat sistemik dianjurkan selama
eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah
kelelahan, mempertahankan kekuatan
-
Mempertahankan/ meningkatkan fungsi
sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
Catatan : latihan tidak adekuat, menimbulkan kekakuan
sendi, karena aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi
-
Memaksimalkan fungsi sendi,
mempertahankan mobilitas.
-
Menghindari cidera akibat kecelakaan
jatuh
-
Berguna dalam memformulasikan/
aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam
mengidentifikasi alat/bantuan mobilitas.
-
Diberikan untuk mengurangi rasa nyeri
pada klien.
-
Mungkin dibutuhkan untuk menekan
inflamasi sistemik akut.
-
Penggantian mungkin diperlukan untuk
memperbaiki fungsi optimal/mobilitas.
|
3
|
Gangguan citra
tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tudgas
umum
|
Setelah
dilakukan intervensi selama 3 x 24 keperawatan diharapkan menimbulkan rasa
percaya diri
|
-
Klien tampak rileks dan semangat.
-
Klien dapat dapat melakukan aktifitas sehari-hari.
Klien dapat mengungkapakan
rasa percaya diri
|
1. Berikan dorongan
untuuk mengungkapakan masalah tentang proses penyakit
2. Diskusikan arti dari kehilangan atau
perubahan pada pasien atau orang terdekat
3. Diskusikan persepsi
pasien mengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasanya
4. Akui dan terima
perasaan berduka, bermusuhan dan ketergantungan
5. Perhatikan prilaku
menarik diri penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan tubuh atau
perubahan
|
1. Berikan kesempatan
untuk mengidentifikasi rasa takut atau kesalahan konsep dan menghadapinya
secara langsung
2. Identifikasi
bagaimana penyakit mempengaruhi persefsi diri dan interaksi dengan orang lain
akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi atau konseling lebih lanjut
3. Isyarat verbal /non
verbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien
memandang dirinya sendiri
4. Nyeri konstan akan
melelahkan dan perasaan marah dan musuhan umum terjadi
5. Dapat menunjukan
emosional atau pun metode koping maladaptif membutukan intervensi lebih
lanjut atau dukungan psikolois
|
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
4.1
Pengkajian
1. Identitas
Klien
Nama : Ny. T
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 61 Tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan Terakhir : Tidak
pernah sekolah (buta aksara)
Pekerjaan : IRT
Alamat : Panti Sosial Tresna Werdha Bengkulu
Tanggal Masuk rumah
sakit : 10
april 2012
2. Alasan
Masuk Panti
Klien masuk panti karena klien tidak punya rumah. Rumah
klien dijual dengan orang lain, anak klien pergi meninggalkan klien sebelum
klien masuk panti.
3. Riwayat
Kesehatan Dahulu
Ny. T sudah lama terserang arthritis rheumatoid, jika terserang
arthritis rheumatoid Ny. T tidak dapat berjalan.
4. Riwayat
kesehatan sekarang
Ny. T mengatakan saat ini ia mengalami arthritis rheumatoid,
Ny. T sudah menggerakan kakinya, lutut Ny. T terlihat bengkak dan merah.
5. Riwayat
kesehatan keluarga
Ny. T mengatakan keluarganya tidak ada yang mengalami
arthritis rheumatoid dan penyakit keturunan lainnya.
6. Kebiasaan
Sehari-hari
No
|
Jenis Kebutuhan
|
Sebelum Sakit
|
Sesudah Sakit
|
1
|
Pola
Nutrisi
a.
Makan
§
Jenis
§
Frekuensi
§
Porsi
b.
Minum
§
Jenis
§
Frekuensi
§
Banyaknya
|
Nasi + lauk pauk
3
x sehari
1
porsi
Air
putih
Bila
haus
±
7-8 gelas/hari
|
Nasi + lauk pauk
3
x sehari
1
porsi
Air
putih
Bila
haus
±
7-8 gelas/hari
|
2
|
Pola
Eliminasi
a.
BAB
§
Konsistensi
§
Frekuensi
§
Bau
b.
BAK
§
Konsisten
§
Frekuensi
§
Bau
|
Lembek
2
x sehari
Khas
Kuning
jernih
5
x sehari
Khas
|
Lembek
2
x sehari
Khas
Kuning
jernih
4
x sehari
Khas
|
3
|
Pola
Tidur dan Istirahat
§
Waktu
§
Siang
§
Malam
§
Gangguan Tidur
|
±
8 jam / hari
±
2 jam
±
6 jam
Tidak
ada
|
±
6-7 jam / hari
±
1 jam
±
5 jam
Ada
(insomnia)
|
7. Hubungan
Sosial
a. Hubungan
antar keluarga
Ny. T sering dikunjungi keluarga setiap satu minggu sekali.
b. Hubungan
dengan orang lain
Ny. T termasuk orang yang ramah namun Ny. T sering marah
dengan anggota wisma Kenanga karena
anggota Wisma kenanga ada yang tidak bisa menjaga kebersihan.
8. Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan
|
Hasil Pemeriksaan
|
§ Keadaan Umum
TD
Nadi
Suhu
Respirasi
§ Kepala
§ Sistem penglihatan
§ Sistem penciuman
§ Mulut
-
Bibir
-
Gigi
-
Lidah
§ Telinga
§ Leher
§ Thorak
§ Jantung
§ Abdomen
§ Ekstremitas
§ Kulit
|
110/70 mmHg
80 x / menit
37,0oC
25 x / menit
Tidak ada benjolan,
rata, keadaan rambut bersih, tidak ada ketombe, rambut putih
Simetris ka/ki konjungtiva
tidak anemis, reflek pupil (+) tidak ikterik
Simetris ka/ki,
tidak ada sekret, dan pernah terjadi popil
Mukosa mulut basah
Kering
Gigi ompong bagian
bawah geraham dan seri, caries tidak ada.
Bersih
Simetris ka/ki,
serumen tidak ada, gangguan pendengaran tidak ada
Ada pembesaran
kelenjar typoid.
I : Simetris
P : Fremitus ki/ka
P : Sonor kedua
paru
A : Suara napas
kadang wheezing
Volume : 8 l/menit
Bunyi vaskuler, TD
: 140/90 mmHg, N : 88 x / menit
Tidak ada
pembengkakan, bising usus normal (80 x/menit)
Atas : Simetris
ka/ki, tidak terdapat gangguan
Bawah : simetris,
ada bengkak dan merah pada bagian sendi lutut
Bercak pada kulit,
lesi pada bagian kulit.
|
ANALISA DATA
Nama Klien : Ny. T
Ruang Rawat :
Mawar
Diagnosa Medik : Arthritis Rheumatoid
No
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
1
|
DS
:
- Klien
mengatakan nyeri pada kedua lututnya
- Klien
mengatakan kaki kirinya bengkak dan merah
- Klien
mengatakan nyeri pada kedua lututnya datang berulang-ulang dan secara
tiba-tiba, dengan skala : 6 (sedang)
- Klien
mengatakan nyeri di kakinya bertambah berat ketika berjalan.
- Klien
mengatakan nyeri pada kedua lututnya menyebar ke paha.
DO :
- Klien
tampak gelisah
- Wajah
klien terlihat meringis
- Skala
nyeri : 6 (sedang)
- Tampak
tanda inflamasi pada lutut klien, bengkak dan merah.
- Klien
tampak berhati-hati ketika berjalan
- Klien
memijat-mijat kakinya saat pengkajian.
- Rentang
gerah (rom) terbatas
- Klien
tampak susah berjalan
- TTV
:
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x /menit
RR : 26 x /menit
S : 37,0oC
|
Infeksi (bakteri,
virus, mycoplasma) → Monosit dan limfosit T. aktif → kompleks imun → fagositosis kompleks imun → inflmasi →
elastisitas kartilago menurun→kartilago atrofi → klasifikasi dengan
ligamentum → efusi sendi → sinovitis
sekunder → rematik (arthritis rheumautoid) → peradangan pada sendi → komplek
antibody antigen → reaksi inflamasi → bengkak,edema, nyeri
|
Nyeri
(Kronis)
|
2
|
DS
:
- Klien
mengatakan tidak sanggup berjalan jauh
- Klien
mengatakan kaki terasa kaku dan sulit digerakkan
- Klien
mengeluhkan badannya lemah.
- Klien
mengatakan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari ia dibantu oleh keluarga
dan alat bantu tongkat.
- Klien
mengatakan tidak sanggup berdiri lama
- Klien
mengatakan tidur malamnya terganggu.
DO :
- Klien
tampak enggan berjalan
- Klien
tampak kurang bergerak atau berjalan lambat
- Klien
tampak banyak diam dan duduk
- Klien
berjalan dengan alat bantu tongkat
- Klien
tampak lemah
- Terdapat
tanda inflamasi pada lutut klien : bengkak dan merah
- Kekuatan
otot :3
- ROM
terbatas
- TTV
:
TD : 110/70 mmHg
RR : 26 x/menit
N : 100 x/menit
S : 37,0o
|
Usia
(lansia) →
Penurunan hormon sek (H.Estrogen) → degenerasi → imobilitas → gangguan
pemompaan lubrikasi → rematik (arthritis rheumatoid) → peradangan pada sendi
→ kompleks antibody dan antigen → pembentukan leukotrien dan prostaglandin →
pembentukan pannus penghancuran
kartilago → erosi tulang → deformitas → patah
|
Gangguan
mobilitas fisik
|
3
|
DS
:
- Klien
mengatakan malu terhadap keadaanya
- Klien
mengatakan badannya lemas
- Klien
mengatakan tidak dapat beraktivitas dengan tenang/sulit beraktivitas
DO :
- Klien
tampak malu dan menarik diri
- Klien
tampak sering diam
- Klien
tampak lesu
- Klien
terlihat tidak bersemangat
- TTV
:
TD : 110/70 mmHg
RR : 26 x/menit
N : 100 x/menit
S : 37,0o
|
perubahan kemampuan untuk melakukan
tugas-tugas umum
|
gangguan
citra tubuh
|
4.2
Diagnosa
yang mungkin muncul
1. Nyeri (kronis) berhubungan dengan proses inflamasi ; distensi jaringan
: penurunan fungsi tulang; destruksi
sendi.
2.Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal;
nyeri, ketidaknyamanan; intoleransi aktivitas; penurunan kekuatan otot.
3.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk
melakukan tugas-tudgas umum
4.3 Rencana asuhan
keperawatan
ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN
ARTHRITIS RUEMATOID
Nama : Ny. T
Ruang : Mawar
Diagnosa
Medik : Arthritis Rheumatoid
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan
|
Kriteria Hasil
|
Tindakan/Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Nyeri (kronis)
berhubungan proses inflamasi; dengan distensi jaringan : penurunan fungsi
tulang; destruksi sendi.
|
Setelah dilakukan intervensi selama 3 x 24 jam
diharapkan nyeri kronis pada pasien
dapat hilang/ berkurang
|
-
Klien mengatakan bahwa nyeri
berkurang/ hilang (skala 0-3)
-
Klien tampak rileks dapat tidur atau istirahat dengan
tenang
-
TTV DBN
TD : 110-140/70-90 mmHg
ND : 80-100 x/i
RR : 16-24 x/i
S : 36,5o-37oC
|
Mandiri
-
Kaji nyeri, catat lokasi dan
intensitas (skala 0-10).
-
Anjurkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada
waktu tidur atau duduk di kursi.
-
Anjurkan /pantau penggunaan bantal
-
Anjurkan untuk sering mengubah posisi.
-
Anjurkan pasien untuk mandi air
hangat pada waktu bangun dan/atau pada waktu tidur.
-
Berikan masage yang lembut
-
Ajarkan dan anjurkan penggunaan
teknik manajemen stress
-
Libatkan dalam aktivitas hiburan yang
sesuai untuk situasi individu.
Kolaborasi
:
-
Berikan obat-obatan sesuai petunjuk
-
Asetilsalisilat (aspirin)
-
NSAID lainnya
-
Antasida
-
Produk kodein
|
-
Membantu dalam menentukan kebutuhan
manajemen nyeri dan keefektifan program.
-
Pada penyakit berat/eksaserbasi tirah
baring mungkin diperlukan (sampai perbaikan objek dan subjektif didapat)
untuk membatasi nyeri/cidera sendi.
-
Mengistirahatkan sendi-sendi yang
sakit dan mempertahankan posisi netral. Catat : penggunaan brace dapat
menurunkan nyeri dan mungkin dapat mengurangi kerusakan pada sendi. Meskipun
demikian, ketidakaktifkan lama dapat mengakibatkan hilangnya mobilitas/fungsi
sendi.
-
Mencegah terjadinya kelelahan umum
dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/rasa sakit pada
sendi.
-
Panas meningkatkan relaksasi otot dan
mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan pada pagi hari.
Sensitivitas pada ponasi dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan.
-
Meningkatkan relaksasi/ mengurangi
tegangan otot.
-
Meningkatkan relaksasi, memberikan
rasa kontrol dan mungkin meningkatkan kemampuan koping.
-
Memfokuskan kembali perhatian,
memberikan stimulasi dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat.
-
ASA bekerja sebagai anti inflamasi
dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan
mobilitas.
-
Dapat digunakan bila pasien tidak
memberikan respon pada aspirin atau untuk meningkatkan efek dari aspirin.
-
Diberikan dengan agen NSAID untuk
meminimalkan iritasi/ketidak nyamanan lambung
-
Meskipun narkotik umumnya adalah
kontraindikasi, karena sifat kronis dan kondisi, penggunaan jangka pendek
mungkin diperlukan selama periode eksaserbasi akut untuk mengontrol nyeri
parah.
|
2
|
Kerusakan mobilitas
fisik berhubungan dengan deformitas skeletal; nyeri, ketidaknyamanan;
intoleransi aktivitas; penurunan kekuatan otot.
|
Setelah
dilakukan intervensi selama 3 x 24 jam diharapkan kerusakan mobilitas dapat
teratasi
|
-
Klien dapat melekukan aktifitas
sendiri tanpa bantuan
-
Kekuatan otot 4-5
-
ROM/rentang gerak : baik
-
TTV DBN
TD
: 110-140/70-90 mmHg
N
: 80-100 x/menit
RR
: 16-24 x/menit
S
: 36,5-37oC
|
Mandiri
:
-
Lanjutkan pemantauan tingkat
inflamasi/rasa sakit pada sendi.
-
Pertahankan istirahat tirah
baring/duduk jika diperlukan
-
Bantu dengan gerak aktif/ pasif,
demikian juga latihan resistif dan isometric jika memungkinkan
-
Anjurkan untuk mengubah posisi dengan
sering dengan jumlah personal cukup
Anjurkan
untuk menggunakan bantal pada posisi yang diperlukan.
-
Anjurkan pasien untuk mempertahankan
postur tegak dan duduk tinggi, berdiri dan berjalan.
-
Ciptakan lingkungan yang aman dan
nyaman
Kolaborasi
-
Konsul dengan ahli terapi fisik.
-
Berikan matras busa/pengubah tekanan
-
Berikan obat-obatan sesuai indikasi :
- anti reumatik, analgesik
- Steroid
|
-
Tingkat aktivitas/latihan tergantung
dari perkembangan/resolusi dari proses inflamasi.
-
Istirahat sistemik dianjurkan selama
eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah
kelelahan, mempertahankan kekuatan
-
Mempertahankan/ meningkatkan fungsi
sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
Catatan : latihan tidak adekuat, menimbulkan kekakuan
sendi, karena aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi
-
Menghilangkan tekanan pada jaringan
dan meningkatkan sirkulasi mempermudah perawatan diri dan kemandirian pasien.
Teknik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan obrasi kulit.
-
Meningkatkan stabilitas jaringan
(mengurangi risiko cidera) dan mempertahankan posisi sendi yang diperlukan
dan kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktor.
-
Memaksimalkan fungsi sendi
mempertahankan mobilitas.
-
Menghindari cidera akibat kecelakaan/
jatuh
-
Berguna dalam memformulasikan program
latihan/aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam
mengidentifiasi alat/bantuan mobilitas.
-
Menurunkan tekanan pada jaringan yang
mudah pecah untuk mengurangi resiko imobilitas/terjadi dekubitus.
-
Diberikan untuk Mengurangi rasa nyeri
-
Mungkin dibutuhkan untuk menekan
inflamasi sistemik akut.
|
3
|
gangguan
citra tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melakukan
tugas-tugas umum
|
Setelah
dilakukan intervensi selama 3 x 24 keperawatan diharapkan menimbulkan rasa
percaya diri
|
-
Klien tampak rileks dan semangat.
-
Klien dapat dapat melakukan aktifitas sehari-hari.
-
Klien dapat mengungkapakan rasa percaya diri
|
1.
Berikan dorongan untuuk mengungkapakan masalah tentang
proses penyakit
2.
Diskusikan arti
dari kehilangan atau perubahan pada pasien atau orang terdekat
3.
Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaimana orang
terdekat menerima keterbatasanya
4.
Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan dan
ketergantungan
5.
Perhatikan prilaku menarik diri penggunaan menyangkal atau
terlalu memperhatikan tubuh atau perubahan
|
1.
Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut atau
kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung
2.
Identifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persefsi diri
dan interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi
atau konseling lebih lanjut
3.
Isyarat verbal /non verbal orang terdekat dapat mempunyai
pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri
4.
Nyeri konstan akan melelahkan dan perasaan marah dan
musuhan umum terjadi
5.
Dapat menunjukan emosional atau pun metode koping
maladaptif membutukan intervensi lebih lanjut atau dukungan
psikolois
|
4.4
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien : Ny. T
Ruang : Mawar
Diagnosa Medik :
Arthritis rheumatoid
No
|
Hari/Tanggal
|
Diagnosa Keperawatan
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
1
|
selasa
10-04-2012
|
Nyeri (kronis)
berhubungan dengan proses inflamasi; distensi jaringan : penurunan fungsi
tulang; destruksi sendi.
|
Jam 08.00Wib
1.
Mengkaji nyeri, mencatat lokasi dan intensitas nyeri
(skala 0-10)
-
Lokasi nyeri berada pada lutut kiri dan kanan klien.
-
Intensitas nyeri berada pada skala : 6 (sedang)
-
Nyeri pada kedua lutut datang berulang-ulang (hilang
timbul)
-
Nyeri bertambah berat ketika berjalan lama
-
Kaki kiri terlihat bengkak dan merah.
-
Nyeri pada lutut klien menyebar ke paha.
2.
Menganjurkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada
waktu istirahat/tidur.
3.
Menempatkan/memantau penggunaan bantal. Bantal ditempatkan
di bawah kedua lutut.
4.
Membantu pasien untuk bergerak di tempat tidur.
-
Menganjurkan pasien
untuk selalu mengubah posisi
-
Klien berbaring telungkup beberapa kali sehari.
5.
Menganjurkan pasien untuk mandi air hangat pada waktu
bangun. Menyediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit.
-
Pasien mandi air hangat pada waktu bangun.
-
Pasien mengompres kedua lututnya yang sakit dengan waslap
hangat.
6.
Memberikan masase yang lembut.
7.
Mendorong penggunaan teknik manajemen stress
-
Klien menggunakan pengendalian napas yaitu teknik napas
dalam ketika merasakan nyeri.
8.
Memantau TTV
TD : 110/70 mmHg
RR : 25 x / i
N : 100 x / i
S : 37oC
Kolaborasi :
9.
Berikan obat-obatan sesuai indikasi
Aspirin : 500 mg/kali tiap 3-4 jam
Ibuprofen : 3 x 400 mg/hari
Antasida : 3 x 400 mg.
Antibiotic : 3x500 mg/hari
|
Jam : 14.00 Wib
S : - Klien menyatakan bahwa nyeri di lututnya sudah
agak berkurang (skala : 3)
- Klien
menyatakan bengkak dan merah di kaki kirinya sudah berkurang
- Klien
menyatakan pahanya sudah tidak terasa sakit
- Klien
menyatakan nyeri pada kakinya masih datang berulang-ulang (hilang timbul)
- Klien
menyatakan ia mulai merasa sedikit relaks.
O : - Klien masih tampak berhati-hati dan
perlahan-lahan ketika berjalan.
- Klien
tampak sedikit relaks
- Klien
masih memijat-mijat kakinya
- Bengkak
dan merah di kaki kiri klien mulai berkurang
- Skala
nyeri : 3
- TTV
:
TD : 110/70 mmHg
RR : 80 x /menit
N : 100 x /i
S : 37oC
- Rentang
gerak masih terbatas
A : Masalah
teratasi sebagian
(Klien tampak sedikit relaks, bengkak
dan merah di kaki kiri klien mulai berkurang, skala nyeri : 5, klien
menyatakan pahanya sudah tidak terasa sakit)
P : Intervensi
dilanjutkan dan dipertahankan
- Kaji
nyeri, catat lokasi dan intensitas nyeri
- Biarkan
pasien mengambil posisi yang nyaman waktu tidur
- Tempatkan
penggunaan bantal
- Anjurkan
pasien mandi air hangat dan mengompres lututnya dengan waslap hangat
- Berikan
masase lembut
- Anjurkan
teknik napas dalam
- Pantau
TTV
- Berikan
obat-obat sesuai indikasi
Aspirin : 500 mg/kali tiap 3-4 jam
Ibuprofen : 3 x 400 mg/hari
Antasida : 3 x 400 mg.
Antibiotic : 3x500 mg/hari
|
2
|
selasa
10-04-2012
|
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas
skeletal; nyeri, ketidaknyamanan; intoleransi aktivitas; penurunan kekuatan
otot.
|
Jam 08.30 Wib
1.
Melanjutkan pemantauan tingkat inflamasi rasa sakit pada
sendi.
-
Tanda inflamasi mulai berkurang.
-
Klien mengalami gangguan gerak/rentang gerak terbatas
-
Kekuatan otot pada nilai : 3
2.
Menganjurkan istirahat tirah baring/duduk. Menjadwalkan
aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur
malam yang tidak terganggu.
-
Klien melakukan istirahat tirah baring.
3.
Membantu klien melakukan rentang gerak aktif/pasif
-
Klien melakukan latihan dengan rentang gerak aktif.
4.
Menganjurkan untuk mengubah posisi dengan sering, dengan
jumlah personal yang cukup
5.
Menganjurkan pasien untuk mempertahankan postur tegak,
duduk tinggi, berdiri dan berjalan
-
Klien tanpak berdiri dengan menggunakan tongkat.
-
Klien duduk dengan meletakkan kakinya rata pada lantai
-
Klien berjalan dengan perlahan dan berhati-hati
6.
Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman.
-
Memposisikan tempat tidur rendah
-
Menggunakan penyangga tempat tidur.
7.
Pantau TTV
-
TD : 110/70 mmHg
-
N : 25 x /i
-
RR : 80 x /i
-
S : 37oC
Kolaborasi :
8.
Berikan obat-obatan sesuai indikasi
-
Myochrysine
-
Prednison : 7,5 mg/hari
|
Jam : 10.00 Wib
S : - Klien masih tidak sanggup berjalan jauh
- Klien
mengatakan kaku di kakinya telah berkurang dan sudah mudah digerakkan
- Klien
mengatakan tubuhnya sedikit lemah.
- Klien
mengatakan ia mulai berlatih berjalan dengan alat bantu tongkat.
- Klien
mengatakan tidur malamnya masih terganggu akibat nyeri.
- Klien
mengatakan ia belum sanggup berdiri lama.
O : - Klien tampak cukup bersemangat untuk
berlatih mempertahankan mobilitasnya.
- Kekuatan
otot pada nilai : 3
- Bengkak
dan merah pada lutut klien mulai berkurang.
- Klien
tampak latihan berjalan dan berdiri tanpa bantuan anggota keluarganya.
- Rentang
gerak mulai terlihat membaik
- TTV
:
TD : 110/70 mmHg
N : 25 x/i
RR
: 80 x /i
S:
37oC
A : Masalah
teratasi sebagian
(Klien mengatakan kaku di kakinya telah
berkurang dan mudah digerakkan, klien cukup bersemangat untuk melakukan
mobilisasi, rentang gerak mulai terlihat membaik)
P : Intervensi
dilanjutkan dan dipertahankan.
- Evaluasi
dan lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi rasa sakit pada sendi.
- Mempertahankan
istirahat tirah baring/duduk.
- Membantu
klien melakukan rentang gerak aktif
- menganjurkan
pasien untuk mengubah posisi klien dengan sering.
- Menganjurkan
pasien untuk mempertahankan postur tegak, duduk tinggi, berdiri dan berjalan
- Menciptakan
lingkungan yang aman dan nyaman.
- Berikan
obat sesuai indikasi
Myochrysine
Prednison : 7,5 mg/hari
|
3
|
selasa
10-04-2012
|
gangguan
citra tubuh berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melakukan
tugas-tugas umum
|
Jam : 08.00 Wib
1.
Berikan penjelasan tentang peningkatan kepercayaan diri
a.
Hubungan antara aktivitas penyakit dan gangguan citra
tubuh
-
Rasa nyeri akan menambah keluhan mudah lelah karena
memerlukan energi dan emosional ekstra untuk mengatasi nyeri tersebut.
b.
Mengembangkan dan mempertahankan tindakan rutin untuk
tidur
-
Klien mandi air hangat sebelum tidur
-
Klien melakukan teknik relaksasi
c.
Menjelaskan pentingnya istirahat untuk mengurangi stress
sistemik, artikuler, dan emosional.
-
Klien istirahat tirah baring
d.
Menganjurkan teknik-teknik untuk menghemat tenaga
-
Menggunakan tongkat ketika berjalan
e.
Mengenalkan faktor-faktor fisik dan emosional yang dapat menyebabkan
kelelahan.
-
Nyeri pada kaki menyebabkan energi yang diperlukan saat
berjalan akan bertambah besar, sehingga menyebabkan lelah.
2.
Memfasilitasi pengembangan jadwal aktivitas/istirahat yang
tepat
-
Klien melakukan mobilisasi berjalan, duduk, kemudian istirahat
tirah baring.
3.
Memantau kepatuhan
terhadap program terapinya.
-
Klien mematuhi program terapi dengan antusias untuk sembuh
dari penyakitnya
4.
Kolaborasi dalam pemberian makanan yang bergizi dan suplemen termasuk zat
besi
-
Klien mengkonsumsi tablet zat besi / suplemen makanan.
-
Klien makan dengan menu yang bergizi sesuai diet yang
dianjurkan.
|
Jam : 10.00 Wib,
S : - Klien mengatakan masih kurang percaya diri untuk
melakukan aktivitas seperti berdiri atau berjalan
- Klien
menyatakan tidur malamnya masih terganggu
O : - Klien tampak
enggan untuk melakukan aktifitas
- Pantau TTV
-
TD : 110/70 mmHg
-
N : 25 x /i
-
RR : 80 x /i
-
S : 37o
A : Masalah
belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan dan dipertahankan
|
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Arthritis
rheumatoid adalah merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.
terlibatnya sendi pada pasien arthritis rheumatoid terjadi setelah penyakit ini
berkembang lebih lanjut sesuai dengan progresifitasnya. Pasien juga dapat
menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.
Penyebab
pasti arthritis rheumatoid tidak diketahui. Faktor genetik seperti produk
kompleks histokompatibility utama kelas II dan beberapa faktor lingkungan telah
lama diduga berperanan dalam timbulnya penyakit ini.
Asuhan
keperawatan pada pasien arthritis rheumatoid ini meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
5.2 Saran
1.
Klien arthritis rheumatoid sebaiknya diberikan
penyuluhan dan pembelajaran tentang penanganan dan pencegahan penyakitnya agar
dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
2.
Perawatan pada klien arthritis rheumatoid perlu
dilakukan secara berkesinambungan dan teratur.
3.
Keluarga diharapkan dapat berperan serta dalam
pengaturan aktivitasnya klien agar dapat membatasi kegiatan sehari-hari
sehingga kekambuhan penyakit dapat dicegah.
4.
Keluarga diharapkan dapat mengontrol nutrisi
yang dikonsumsi klien dengan arthritis rheumatoid yang dapat mencetuskan
kekambuhan penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth (2005). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Doenges, M.E (2005). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Mansjoer Arif (2004). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Parakrama dan Clive (2005). Ringkasan Patologi Anatomi. Edisi 2. Jakarta : EGC
TIM FKUI (2006). Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta : EGC.
Langganan:
Postingan
(
Atom
)