Selasa, 12 Juni 2012


ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN PENYAKIT
KATARAK




Oleh :
VIVEN CORNYSEN
NPM:0926010080

 Dosen Pembimbing : Ns. Tita Novita, S. Kep




JURUSAN KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2008
KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah dengan judul “Katarak”.
Dengan selesainya makalah ini, kami mengucapkan rasa terima kasih,         kepada :
1.      Ibu Ns. Tita Novita, S. Kep sebagai dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Medihal Bedah
2.      Teman-teman seperjuangan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini, masih sangat sederhana dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah selanjutnya.
Akhirnya kami ucapkan terima kasih dan semoga saja makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Bengkulu,   Januari 2008

Penulis


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................. ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii
BAB I        PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah................................................................................ 2
C.     Tujuan dan Manfaat............................................................................ 2
D.    Metode Penulisan................................................................................ 2
BAB II       KONSEP DASAR TEORI
A.    Definisi................................................................................................ 3
B.     Etiologi................................................................................................ 4
C.     Klasifikasi............................................................................................ 5
D.    Patofisiologi......................................................................................... 7
E.     Manifestasi Klinis................................................................................ 8
F.      Komplikasi......................................................................................... 10
G.    Pemeriksaan Penunjang..................................................................... 11
H.    Penatalaksanaan / Pengobatan........................................................... 12
I.       Pencegahan........................................................................................ 13
J.       WOC................................................................................................. 15

BAB III     KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A.    Pengkajian......................................................................................... 16
B.     Diagnosa............................................................................................ 16
C.     Intervensi........................................................................................... 17
BAB IV     ASUHAN KEPERAWATAN (KASUS)
A.    Pengkajian......................................................................................... 20
B.     Analisa Data ..................................................................................... 27
C.     Intervensi Keperawatan..................................................................... 29
D.    Tindakan Keperawatan...................................................................... 33
BAB V       PENUTUP
A.    Kesimpulan........................................................................................ 35
B.     Saran ................................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang mengakibatkan penglihatan menjadi kabur. Istilah katarak berasal dari bahasa Yunani yang berarti air terjun, karena orang yang menderita katarak memiliki penglihatan kabur, seolah-olah dibatasi air terjun. Pada mata sehat, lensa yang jernih berfungsi meneruskan sinar/cahaya ke dalam mata, sehingga pada penderita katarak lensa yang keruh menyebabkan jalannya sinar berkurang atau terhambat, sehingga lensa tidak dapat memfokuskan sinar yang masuk.
Masalah nasional yang perlu segera ditanggulangi adalah katarak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Farida (1989-1999), lebih dari separuh (52%) kebutaan disebabkan katarak, bahkan 16% buta katarak dialami penduduk usia produktif (40-54 tahun). Menurut Gloria Tyber Ministries, penyakit katarak di Indonesia terjadi pada usia lebih muda, yaitu pada usia 45 tahun, sedangkan negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris dan Jepang, kasus katarak terjadi pada usia 60 tahun. Ini berarti orang Indonesia lebih awal 10-15 tahun mengidap katarak. Diperkirakan jumlah penderita katarak di dunia saat ini 17 juta orang. Untuk itu WHO dengan vision 2020 (An International Partnership Among Those Working for Blindness Prevention, to Eliminate Avoidable Prevention, to eliminate avoidable blindness by the year 2020) bekerja keras untuk menurunkan angka kebutaan dan menghindari ancaman kebutaan yang dikhawatirkan mencapai 80 juta pada tahun 2020 (Ana Indrayati, 2004).
Oleh karena itulah, kami akan membahas makalah mengenai katarak dan menjelaskan konsep teori serta asuhan keperawatannya.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kami kemukakan adalah :
1.      Konsep teori katarak
2.      Asuhan keperawatan katarak .

C.    Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat pembuatan makalah ini adalah untuk melatih dan menambah pengetahuan tentang katarak. Disini diharapkan agar mahasiswa/i dapat membuat asuhan keperawatan katarak. Di samping itu juga sebagai syarat dari tugas mata kuliah Keperawatan Bedikal Bedah.

D.    Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini digunakan metode penulisan yang berdasarkan literatur atau metode pustaka.



BAB II
KONSEP DASAR TEORI

A.    Definisi
Katarak adalah keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, atau akibat kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif (Arif Mansjoer, dkk, 1999).
Katarak adalah terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa. Umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun (Marilyn E. Donges, 1999).
Katarak adalah mengeruhnya lensa pada orang berusia tua dan perlu penanganan yang tepat (Charlene J. Reeves, dkk, 2001).
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih (Brunner dan Suddarth, 2002).
Katarak adalah kelainan pada lensa berupa kekeruhan lensa dapat terjadi pada embio dalam kandungan yang sudah terlihat sejak bayi (katarak kongenital) sedang pada usia tua (katarak senil) dan dapat terjadi akibat penyakit dan trauma (Sidarta Ilyas, 2002).
Katarak adalah kerusakan mata yang menyebabkan lensa mata berselaput dan rabun, lensa menjadi keruh dan cahaya tidak dapat masuk (M. Yosri, 2004).
Katarak adalah kekeruhan lensa mata mengakibatkan penglihatan kabur (Ana Indrayati, 2004).
B.     Etiologi
Katarak dapat disebabkan oleh beberapa faktor :
1.      Fisik
Dengan keadaan fisik seseorang semakin tua (lemah) maka akan mempengaruhi keadaan lensa, sehingga dapat mengakibatkan katarak baik pada orang yang fisiknya semakin tua atau karena sakit.
2.      Kimia
Apabila mata terkena cahaya yang mengandung bahan kimia atau akibat paparan sinar ultraviolet matahari pada lensa mata dapat menyebabkan katarak.
3.      Usia
Dengan bertambahnya usia seseorang, maka fungsi lensa juga akan menurun dan mengakibatkan katarak. Katarak yang didapatkan karena faktor usia tua biasanya berkembang secara perlahan. Penglihatan kabur dapat terjadi setelah trauma dari gejala awal dapat berkembang kehilangan penglihatan. Hilangnya penglihatan tergantung pada lokasi dan luasnya kekeruhan hipoparatiroid dan lain-lain.
4.      Infeksi virus masa pertumbuhan janin
Jika ibu pada saat mengandung terkena / terserang penyakit yang disebabkan oleh virus, maka infeksi virus tersebut akan mempengaruhi tahap pertumbuhan janin. Misal ibu yang sedang mengandung menderita rubella.

5.      Penyakit
Meliputi penyakit diabetes dan trauma mata seperti uveitis (Ilyas, 2002). Adapun golongan yang beresiko mengidap katarak adalah sebagai berikut :
a.       Penderita kencing manis (diabetes mellitus)
Kandungan gula dalam darah menjadikan lensa kurang kenyal / dan membentuk katarak.
b.      Orang dewasa berusia 60 tahun ke atas.
c.       Kanak-kanak dan bayi atau anak-anak mengidap penyakit rubella semasa mengandung (M. Yosri, 2004).

C.    Patofisiologi
Menurut penyebabnya, katarak dibedakan menjadi :
1.      Katarak Kongenital
Kekeruhan sebagian pada lensa yang sudah didapatkan pada waktu lahir umumnya tidak meluas dan jarang sekali mengakibatkan keruhnya seluruh lensa. Letak kekeruhan tergantung pada saat terjadi gangguan pada kehidupan janin. Katarak kongenital dapat terjadi bersamaan dengan proses penyakit ibu yang sedang mengandung seperti pada rubella, terbagi menjadi yaitu :
a.       Katarak Lamelar/Zonular
Dalam perkembangan embriologik dimana pada permulaan terdapat perkembangan serat lensa maka akan terlihat bagian lensa serat yang lebih jernih. Kemudian terdapat serat lensa yang keruh dalam kapsul lensa.
b.      Katarak polaris posterior
Katarak ini disebabkan menetapnya selubung vaskuler lensa.
c.       Katarak polaris anterior
Gangguan terjadi pada saat kornea belum seluruhnya melepaskan lensa dalam perkembangan embrional.
d.      Katarak inti (katarak nuklear)
Jenis katarak ini jarang ditemukan dan tampak sebagai bunga karang.
e.       Katarak sutural
Merupakan kekeruhan lensa pada daerah sutura fetal, bersifat statis, terjadi bilateral dan familial.
2.      Katarak Senil
Dengan bertambahnya umur dan berkaitan dengan proses penuaan yang terjadi didalam lensa. Secara klinik, proses penuaan lensa sudah tampak sejak terjadi pengurangan kekuatan akomodasi lensa akibat mulai terjadinya sklerosis lensa, katarak senil dibagi lagi menjadi :
a.       Katarak nuklear
Inti lensa yang mulanya putih menjadi kekuning-kuningan menjadi coklat dan menjadi kehitam-hitaman.
b.      Katarak kortikal
Pada katarak kortikal terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi cemerlang dan terjadi miopisasi.

c.       Katarak kupoliform
Katarak ini dapat terlihat pada stadium dini katarak kortikal/nuklear, kekeruhan terletak di lapis korteks posterior dan dapat memberikan gambaran piring.
3.      Katarak Komplikata
Kelainan umum yang dapat menimbulkan katarak adalah diabetes melitus, hipoparatiroid.
4.      Katarak Trauma
Dapat terjadi trauma tumpul/tajam yang dapat mengakibatkan katarak satu mata atau monokular katarak (Ilyas, 2002).

D.    Patofisiologi
Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsl posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi perubahan pada serabut halus multiple (zonula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar (Brunner & Suddarth, 2001).
Selain itu, katarak dibagi menjadi 4 stadium, yaitu stadium insipen, imatur, matur dan hipermatur. Saat memasuki stadiun insipen kekeruhan tidak teratur seperti bercak-bercak di korteks anterior/posterior sehingga menimbulkan keluhan pollopia. Pada stadium yang lebih lanjut terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian jernih lensa. Pada stadium ini terjadi penumpukan cairan dan disintegrasi serabut akibatnya lensa mencembung yang menimbulkan keluhan miopi dan menyebabkan iris terdorong ke depan serta bilik mata lebih sempit akibatnya terjadi penyulit glaukoma dan uveitis. Apabila degenerasi terus berlanjut, terjadilah katarak matur dimana terdapat pengeluaran air bersama-sama hasil disintegrasi kapsul sehingga terjadi pengapuran menyeluruh karena deposit kalsium lensa berwarna putih. Hal ini menyebabkan terjadinya katarak hipermatur. Pada stadium ini, korteks lensa mencair sehingga lensa mengkerut berwarna kuning, lalu menyebabkan iris terdorong ke depan dan bilik mata menjadi sempit dan bisa timbul penyulit yang sama dengan stadium matur tadi (Ilyas, 2002).

E.     Manifestasi Klinis
Gejala utama katarak adalah :
1.      Penglihatan kabur
2.      Daya penglihatan berkurang secara progresif.
3.      Adanya selaput tipis yang menghalangi pandangan
4.      Sangat silau jika berada di bawah cahaya yang terang.
5.      Mata tidak sakit dan tidak berwarna merah.
6.      Perkembangan selanjutnya penglihatan semakin
(Ana Indrayati, 2004).
Katarak senilis dibagi dalam 4 stadium, yaitu :
1.      Stadium insipen
Merupakan stadium paling dini, kekeruhan terutama pada bagian perifer berupa bercak-bercak terutama mengenai korteks anterior kekeruhannya masih ringan.
2.      Stadium imatur
Kekeruhannya belum mengenai seluruh lapisan lensa, kekeruhan ini terutama di bagian posterior dan bagian belakang nukelus lensa. Pada stadium ini, lensa yang degeneratif mulai menyerap cairan mata ke dalam mata, sehingga menjadi kembung dan menyebabkan terjadi miopisasi.
3.      Stadium matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa dimana ketajaman penglihatan sudah sangat menurun dan kekeruhan lensa sudah keseluruhan tekanan cairan dalam lensa sudah dalam keadaan seimbang karena pada stadium ini terjadi pengeluaran air sehingga lensa akan berukuran normal kembali. Pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibat perkapuran menyeluruh karena deposit kalsium.
4.      Stadium hipermatur
Pada stadium ini, korteks lensa mencair dan dapat keluar melalui kapsul lensa. Lensa mengkerut dan berwarna kuning. Akibat penginputan lensa dan mencairnya korteks, nukleus lensa tenggelam ke arah bawah. Masa lensa keluar melalui kapsul lensa dapat menimbulkan penyakit uveitis atau glaukoma (Ilyas, 2002).

F.     Komplikasi
1.      Glaukoma
Kelainan yang diakibatkan oleh peningkatan tekanan intraokuler di dalam bola mata, sehingga lapang pandang mengalami gangguan dan visus mata menurun.
2.      Kerusakan retina/ablasi retina
Ablasi ini dapat terjadi setelah pasca bedah, akibat adanya robekan pada retina, cairan masuk ke belakang dan mendorong retina atau terjadi penimbunan eksudat di bawah retina sehingga retina terangkat.
3.      Uveitis
Inflamasi salah satu struktur traktus uvea


4.      Infeksi
Ini bisa terjadi setelah pasca bedah karena kurangnya perawatan yang tidak adekuat.

G.    Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penderita katarak, yaitu :
1.      Pemeriksaan lapang penglihatan
Dapat diperiksa dengan cara konfontasi dengan cara meminta pasien untuk memejamkan salah satu matanya dan memfokuskan matanya pada salah satu tempat atau salah satu titik dihadapannya.
2.      Pemeriksaan tajam penglihatan
Dengan menggunakan snellen chart dan test brightness dilakukan untuk mengetahui tajam penglihatan normalnya seseorang adalah 6/6, sedangkan pada katarak yang matur penglihatan 1/60 sampai dengan 1/300.
3.      Tonometri
Dilakukan untuk mengetahui derajat atau beratnya kekeruhan lensa, shadow test (+) bila bayangan iris pada lensa terlihat besar dan letaknya jauh terhadap pupil, berarti lensa belum keruh seluruhnya (katarak imatur). Shadow test (-) bila bayangan iris pada lensa kecil dan dekat terhadap pupil, berarti lensa sudah keruh seluruhnya.


4.      Test Anel
Dilakukan untuk mengetahui fungsi ekskresi sistem lakrimal normal bila terlihat adanya reaksi menelan, bila tes anel (-) atau fungsi lakrimal tidak normal, maka keadaan ini mudah sekali terjadi infeksi dan boleh dilakukan pembedahan operasi katarak (Ilyas, 2002).

H.    Penatalaksanaan / Pengobatan
Upaya pengobatan katarak yang paling efektif adalah dengan pembedahan. Ada 2 macam teknik pembedahan, yaitu :
1.      Ekstraksi katarak intrakapsuler.
Pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zonula dipisahkan, lensa diangkat dengan cryoprobe yang diletakkan secara langsung pada kapsula lentis. Ketika cryoprobe diletakkan secara langsung pada kapsula lentis, kapsula akan melekat pada probe, lensa kemudian diangkat secara lembut.
2.      Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Prosedur ini meliputi pengambilan kapsula anterior, menekan keluar nukleus lentis dan mengisap sisa foramen kortikal lunak menggunakan irigasi dan alat hisap. Dengan meninggalkan kapsula posterior dan zonula lentis tetap utuh, dapat mempertahankan arisektur bagian posterior mata. Jadi, mengurangi insidensi komplikasi yang serius.
Selain teknik pembedahan, penderita katarak dapat juga menggunakan kaca mata khusus yang telah diatur ketebalannya disebut kaca mata aphakia, yang mampu memberikan pandangan sentral yang baik. Namun pembesaran 25% sampai 30% menyebabkan penurunan dan distoris pandangan perifer yang menyebabkan kesulitan dalam memahami relasi spasial, membuat benda-benda nampak jauh lebih dekat dari yang sebenarnya (Brunner dan Suddarth, 2001).
Ada dua cara baru untuk mendapatkan kembali penglihatan bagi penderita katarak, yaitu dengan teknologi implantasi microchip pada retina. Microchip ini dapat bekerja baik pada sel-sel saraf retina mata yang masih sehat secara utuh. Namun sel-selnya mengalami kemunduran penglihatan (photoreceptor), microchip dapat mengubah sebentuk citra menjadi rangsangan elektrik. Alat ini bekerja dengan cara mengonversi citra menjadi sinyal elektronik yang ditransmisikan melalui silikon fleksibel yang disematkan dekat retina mata. Microchip dengan daya elektronis dapat merangsang sel-sel penglihatan pada retina mata, kemudian meneruskan sinyal ke otak untuk diproses menjadi citra yang sesungguhnya seperti halnya pada mata normal.

I.       Pencegahan
Katarak dapat dicegah, diantaranya menjaga kadar gula darah selalu normal pada penderita diabetes mellitus, senantiasa menjaga kesehatan mata, mengkonsumsi makanan yang dapat melindungi kelainan degeneratif pada mata dan antioksidan seperti buah-buahan banyak mengandung vitamin C, minyak sayuran, sayuran hijau, kacang-kacangan, kecambah, buncis, telur, hati dan susu yang merupakan makanan dengan kandungan vitamin E, selenium dan tembaga tinggi (Ana Indrayati, 2004).






Metabolisme dasar lensa akibat trauma, fisik, kimia, penyakit lokal ataupun umum
 
WOC








Lensa berwarna
sangat putih
 
 










Korteks lensa mencair dan dapat melalui kapsul
 
MK : Cemas
 
Tindakan Operasi
 
Katarak
hipermatur
 
Lensa mengkerut berwarna kuning
 
MK : resiko cidera
 
MK : gangguan persepsi sensori penglihatan
 
Penurunan fungsi ketajaman penglihatan
 
Uveitis
 
Glaukoma
 
Pendorongan iris ke depan dan bilik mata depan akan lebih sempit
 
Miopi
 
MK : Cemas
 
MK : Gangguan body image
 
MK : Gangguan persepsi sensori penglihatan
 
 

BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

I.          Pengkajian (Doenges, 1999)
a.       Aktifitas/istirahat
Gejala  :  Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan
b.      Neurosensori
Gejala  :  Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja/merasa di ruang gelap.
c.       Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala  :  -   Riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler
               -   Riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor (peningkatan tekanan vena), diabetes
               -   Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenoteazin.

II.       Diagnosa Keperawatan (Nanda, 2005-2006)
a.       Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan perubahan sensori penglihatan.
b.      Cemas berhubungan dengan krisis situasional, perubahan kesehatan, interaksi
c.       Resiko cidera berhubungan dengan kerusakan penglihatan
d.      Gangguan body image berhubungan dengan treatment penyakit.

III.    Intervensi
a.       Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan perubahan sensori penglihatan.
Tujuan  :  Fungsi penglihatan mulai membaik dan tidak terjadi penurunan ketajaman penglihatan
Kriteria :  Pasien dapat mengenal lingkungan semaksimal mungkin, dapat beradaptasi dengan lingkungan
Rencana Tindakan :
1.      Orientasi pasien terhadap lingkungan dan aktivitas.
2.      Bantu pasien untuk mengetahui letak tempat tidur dan meja untuk keperluannya.
3.      Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas sederhana seperti mendengar radio/bercakap-cakap dengan orang lain.
4.      Anjurkan pasien untuk menghindari aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan intraokuler seperti menahan beban, mengedan dan membungkuk.
(Doenges, 1999)
b.      Cemas berhubungan dengan krisis situasional, perubahan kesehatan, interaksi
Tujuan/Kriteria : menurunkan stress emosional, ketakutan, dan depresi, penerimaan pembedahan dan pemahaman instruksi.
Rencana Tindakan :
1.      Kaji derajat dan durasi gangguan visual. Dorong percakapan untuk mengetahui keprihatinan pasien, perasaan dan tingkat pemahaman, jawab pertanyaan, memberi dukungan, membantu pasien melengkapi dengan metode koping.
2.      Orientasikan pasien pada lingkungan yang baru
3.      Jelaskan rutinitias perioperatif
§  Preoperatif : tingkat aktivitas, pembatasan diet, obat-obatan.
§  Intraoperatif : pentingnya berbaring diam selama pembedahan atau memberi peringatan kepada ahli bedah ketika terasa akan batuk atau akan berganti posisi. Muka ditutupi kain dan diberikan O2, suara bising dari peralatan yang tak biasa, pemantauan, termasuk pengukuran tekanan darah yang sering.
§  Pascaoperasi : pemberian posisi, pembalutan, tingkat aktivitas, pentingnya ambulasi sampai stabil dan adekuat secara visual.
4.      Jelaskan intervensi sedetil-detilnya, perkenalan diri anda pada setiap interaksi, terjemahan setiap suara asing, pergunakan sentuhan untuk membantu komunikasi verbal.
5.      Dorong untuk menjalankan kebiasaan hidup sehari-hari bila mampu.
6.      Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam perawatan pasien.
7.      Dorong partisipasi dalam aktivitas sosial dan pengalihan bila memungkinkan (Pengunjung, Radio, TV).
c.       Resiko cidera berhubungan dengan kerusakan penglihatan
Tujuan/Kriteria : pencegahan cidera.
Rencana Tindakan :
1.      Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi pascaoperasi sampai stabil dan mencapai penglihatan dan keterampilan koping yang memadai, menggunakan teknik bimbingan penglihatan.
2.      Bantu pasien menata lingkungan, jangan mengubah penataan meja-kursi tanpa pasien diorientasi dahulu.
3.      Orientasikan pasien pada ruangan.
4.      Bahas perlunya penggunaan perisai metal/kacamata bila diperintahkan.
5.      Jangan memberikan tekanan pada mata yang terkena trauma.
6.      Gunakan prosedur yang memadai ketika memberikan obat mata.






BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
(KASUS)

A.    Pengkajian
I.             Identitas Klien
No. rekam medis     :  002,                tanggal masuk RS : 10 Januari 2008
Nama klien              :  Ny. S
Nama Panggilan      :  S
Tempat, Tgl. Lahir   :  Bengkulu, 21 Juni 1935
Umur                       :  72 Tahun
Jenis Kelamin          :  Perempuan
Suku                        :  Bengkulu
Status Perkawinan   :  Kawin
Bahasa yang dimengerti : Bengkulu
Alamat                     :  Jl. Hibrida Raya No. 20
Agama                     :  Islam
Pendidikan              :  Tamat SD
Pekerjaan                 :  Tidak ada
Sumber informasi    :  Rekam medik, keluarga (anak)
Nama            :  Ny. T
Pendidikan   :  D.II
Pekerjaan      :  Guru TK
Alamat         :  Jl. Hibrida Raya No. 20

II.          Status Kesehatan Saat Ini
Klien mengeluh penglihatannya kabur ± 3 tahun yang lalu dan sejak itu belakang klien mengeluh penglihatannya sangat kabur, apabila kalau malam hari benar-benar tidak dapat melihat sehingga klien banyak beristirahat saja, dan klien juga merasa silau jika melihat cahaya terang, tidak hanya itu klien merasa cemas dengan penyakit katarak ini. Klien takut kalau dioperasi mata, tidak dapat melihat lagi dan klien juga bertanya apakah setelah dioperasi klien tidak terjauh karena mata yang diperban.

III.       Riwayat Keluhan Masa Lalu
a.       Penyakit yang pernah diderita
Klien mengeluh sering gatal-gatal terutama pada daerah kepala, sehingga untuk mengurangi rasa gatal tersebut klien sering mandi dan rasa gatal akan hilang apabila minum obat (antibiotik).
Menurut klien dia tidak mempunyai penyakit yang berat yang menyebabkan harus dirawat di rumah sakit ataupun penyakit menular dan penyakit keturunan.
b.      Hospitalisasi/tindakan operasi
Tidak pernah
c.       Injury/kecelakaan
Tidak pernah
d.      Alergi
Gatal-gatal di kepala
e.       Imunisasi dan tes laboratorium
Tidak terkaji
f.       Pengobatan
Antibiotik untuk menghilangkan rasa gatal.

IV.       Riwayat Keluarga
a.       Sosial ekonomi : klien tinggal dalam satu rumah bersama dengan anak dan menantunya dan dua orang cucu perempuan, termasuk keluarga yang cukup mampu.
b.      Lingkungan rumah : sumber air bersih, penerangan dan ventilasi cukup.
c.       Penyakit keluarga : tidak ada riwayat penyakit yang berat yang menyebabkan harus dirawat di rumah sakit ataupun penyakit menular dan penyakit keturunan.
d.      Genogram


 







Keterangan :
                :  Laki-laki
                :  Wanita
                :  Klien
                :  Meninggal

V.          Riwayat Sosial
a.       Yang mengurus : anak perempuan klien
b.      Hubungan dengan anggota keluarga : baik dan akrab
c.       Hubungan dengan teman : baik

VI.       Pengkajian Pola Kesehatan Saat Ini
a.       Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Keluarga mengatakan, bila ibunya sakit biasanya hanya minum obat diwarung dan hanya sakit demam biasa. Namun selama ini klien (ibunya) tidak pernah sakit berat.
b.      Nutrisi
Klien sejak dirumah sakit makanan, masih sama seperti makan di rumah yaitu makan nasi dan lauk-pauk tapi sesuai diit dari rumah sakit.
BB : 46 kg.
TB : 150 cm

c.       Cairan
Klien minum 8 gelas sehari.
d.      Aktivitas
Sejak sakit klien tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasa dengan baik karena sudah sulit untuk melihat dengan jelas. Klien hanya duduk, kadang-kadang mendengar radio.
e.       Tidur dan istirahat
Klien tidur mulai jam 8 malam tapi sering terbangun di malam hari dan klien tidur siang sekitar 4 jam.
f.       Eliminasi
Klien biasa BAB 1 kali sehari dan BAK 4-5 kali/hari tidak ada keluhan dalam BAB/BAK. BAB/BAK dibantu dengan anak klien saat pergi ke kamar mandi.
g.      Pola hubungan
Hubungan keluarga dengan klien sangat baik dan akrab.
h.      Kognitif dan persepsi
Klien mengalami gangguan penglihatan (katarak)
i.        Konsep diri
Klien adalah orang yang ramah, senang bergaul namun karena penyakit yang diderita saat ini klien sering murung.
j.        Seksual dan menstruasi
Ny. S berumur 72 tahun, perempuan menopause.
k.      Nilai
Klien dan keluarga percaya pengobatan medis.

VII.    Pemeriksaan Fisik
a.       Keadaan Umum
§  Tingkat kesadaran : composmentis
§  Nadi : 85 x / menit, suhu : 36,0oC, RR : 16 x / menit, TD : 140/90 mmHg
§  BB : 46 kg, TB : 150 cm .
b.      Kulit            :  Turgor kulit baik, kulit bersih dan keriput.
c.       Kepala         :  Mesocephal
d.      Mata            :  Lensa mata berkabut (keruh tampak berwarna putih susu.
e.       Telinga         :  Normal, tidak ada kelainan
f.       Hidung        :  Tidak pilek, sekret (-)
g.      Mulut           :  Tidak ada stomatitis, lidah bersih, bibir lembab
h.      Leher           :  Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
i.        Dada            :  Simetris
j.        Payudara      :  Mengecil
k.      Paru-paru     :  Bunyi napas vesikuler
l.        Jantung        :  Bunyi jantung normal
m.    Abdomen     :  Peristaltik normal
n.      Genitalia      :  Normal, tidak ada kelainan
o.      Anus dan rectum : normal, tidak ada kelainan
p.      Musculoskeletal : sedikit sulit untuk bergerak karena tua
q.      Neurology : gerakan ekstremitas bawah sedikit terbatas.

VIII. Pemeriksaan Penunjang
§  Pemeriksaan lapang penglihatan
§  Pemeriksaan tajam penglihatan (snellen chart) test brightness katarak matur 1/60, (N) 6/6
§  Tonometri
Shadow test (+)  :  Bila bayangan iris pada lensa terlihat besar dan letaknya jauh terhadap pupil berarti lensa belum keruh.
Shadow test (-)   :  Bila bayangan iris pada lensa kecil dan dekat terhadap pupil, berarti lensa sudah keruh seluruhnya.
Test anel             :  Bila tes anel (-) atau fungsi lakrimal tidak normal boleh dilakukan operasi katarak.

IX.       Pengobatan
§  Ekstraksi katarak intrakapsuler.
§  Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
§  Kaca mata aphakia
§  Implantasi microchip pada retina
§  Operasi dilakukan besok tanggal 11 Januari 2008
ANALISA DATA
No
Data
Masalah
Penyebab
1
Data Subjektif :
-   Klien mengeluh penglihatannya kabur ± 3 tahun yang lalu dan sejak itu klien mengeluh penglihatan sangat kabur.
-   Klien mengeluh kalau malam hari benar-benar tidak dapat melihat dan silau jika melihat cahaya yang terang.

Data Objektif :
-   Tampak lensa mata keruh/ berkabut berwarna sangat putih
-   Klien tampak kesulitan untuk melihat dengan jelas
-   Pemeriksaan penunjang :
§ Uji konfrontasi (+) : klien tidak dapat melihat saat benda obyek dijauhkan.
§ Pemeriksaan tajam penglihatan, Snallen chart : 1/60 katarak matur.
§ Tonometri, shadow test (-)
§ Test anel (-), fungsi lakrimal ≠ normal.











Gangguan persepsi sensori penglihatan











Perubahan sensori penglihatan
2
Data Subjektif :
-   Klien merasa cemas dengan penyakitnya
-   Klien cemas kalau nanti dioperasi, tidak dapat melihat lagi
Data Objektif :
-   Klien tampak cemas
-   Klien tampak gelisah
-   TTV :
Nadi : 85 x / menit
TD : 140/90 mmHg
Suhu : 36oV
RR : 16 x / menit

Cemas

Krisis situasional, perubahan kesehatan dan interaksi
3
Data Subjektif :
-   Klien mengeluh takut jatuh kalau berjalan sendiri tanpa bantuan
-   Klien bertanya apa yang akan terjadi dengan dia setelah operasi apa dia akan mengalami cidera.

Data Objektif :
-   Klien tampak takut
-   Klien tampak berhati-hati

Resiko cidera (pasca operasi)
Kerusakan penglihatan




INTERVENSI KEPERAWATAN
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Rencana Tindakan
Rasionalisasi
1
Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan perubahan sensori penglihatan
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan fungsi penglihatan mulai membaik tidak terjadi penurunan ketajaman penglihatan yang memburuk dengan kriteria :
-   Klien tidak mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan
-   Pemeriksaan penunjang :
§ Uji konfrontasi : (-)
§ Tajam penglihatan snallen chart mendekati normal.
§ (N) : 6/6.
§ Tonometri : mendekati normal
§ Tes anel : fungsi lakrimal normal.
§ Orientasi pasien terhadap lingkungan dan aktivitas.


§ Bantu pasien untuk mengetahui letak tempat tidur dan meja untuk keperluannya.
§ Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas sederhana seperti mendengar radio/bercakap-cakap dengan orang lain.
§ Anjurkan pasien untuk menghindari aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan intra okuler seperti menahan beban, mengedan dan membungkuk.
§ Untuk mengenalkan pasien dengan lingkungan dan aktivitasnya sehingga dapat meningkatkan stimulus penglihatan.
§ Agar pasien mengenal situasi lingkungan serta kebutuhan sehari-hari pasien dapat terpenuhi.
§ Aktivitas tersebut dapat memberikan hiburan pada pasien dan meningkatkan impuls sensoris.

§ Aktivitas tersebut dapat meningkatkan tekanan intra okuler.

2
Cemas berhubungan dengan krisis situasional, perubahan kesehatan, interaksi
Setelah diberikan tindakan keperawatan terjadi penurunan stress emosional, ketakutan dan depresi dengan kriteria :
-   Penerimaan pembedahan dan pemahaman instruksi
-   Klien tidak cemas dan gelisah lagi
-   TTV :
Nadi : 80 x / menit
TD : 130 / 80 mmHg
Suhu : 36oC
RR : 16-20 x / menit

§ Kaji derajat dan durasi gangguan visual. Dorong percakapan untuk mengetahui keprihatinan pasien, perasaan dan tingkat pemahaman, jawab pertanyaan, memberi dukungan, membantu pasien melengkapi dengan metode koping.
§ Orientasikan pasien pada lingkungan yang baru.

§ Jelaskan rutinitas perioperatif  :
ü Preoperatif : tingkat aktivitas, pembatasan diit, obat-obatan.
ü Intraoperatif : berbaring dalam selama pembedahan / memberi peringatan pada ahli bedah ketika terasa akan batuk/akan berganti posisi, muka ditutup kain, dan diberikan O2. Suara bising dari peralatan yang tak biasa. Pemantauan TD.
ü Pasca operatif : pemberian posisi, pembalutan, tingkat aktivitas, pentingnya bantuan untuk ambulasi sampai stabil dan adekuat secara visual.
§ Jelaskan intervensi sedetil-detilnya, perkenalkan diri anda pada setiap interaksi terjemahan setiap suara asing, pergunakan sentuhan untuk membantu komunikasi verbal.
§ Dorong untuk menjalankan kebiasaan hidup sehari-hari bila mampu
§ Dorong partisipasi keluarga atau orang berarti dalam perawatan pasien.


§ Dorong partisipasi dalam aktivitas sosial dan pengalihan bila memungkinkan (penunjung, radio, TV)

§ Informasi dapat menghilangkan ketakutan yang tak diketahui. Mekanisme koping dapat membantu pasien berkompromi dengan kegusaran, ketakutan, depresi, tegang, keputusan, kemarahan dan pendataan.

§ Pengenalan terhadap lingkungan membantu mengurangi ansietas dan meningkatkan keamanan.
§ Pasien yang telah mendapat banyak informasi lebih mudah menerima penanganan dan mematuhi instruksi.













§ Pasien yang mengalami gangguan visual bergantung pada masukan indera yang lain untuk mendapatkan informasi.

§ Perawatan diri dan kemandirian akan meningkatkan rasa sehat
§ Pasien mungkin tak mampu melakukan semua tugas sehuhungan dengan penanganan dan perawatan diri.
§ Isolasi sosial dan waktu luang yang terlalu lama dapat menimbulkan perasaan negatif
3
Resiko cidera berhubungan dengan kerusakan penglihatan (pasca operasi)
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan cidera tidak terjadi

§ Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi pascaoperasi sampai stabil dan mencapai penglihatan dan keterampilan koping yang memadai, menggunakan teknik bimbingan penglihatan.
§ Bantu pasien menata lingkungan, jangan mengubah penataan meja, kursi tanpa pasien diorientasi dahulu.
§ Orientasikan pasien pada ruangan.

§ Bahas perlunya penggunaan perisai metal atau kaca mata bila diperintahkan.
§ Jangan memberikan tekanan pada mata yang terkena trauma.

§ Gunakan prosedur yang memadai ketika memberikan obat mata.

§ Menurunkan resiko jatuh atau cidera ketika langkah sempoyongan atau tidak mempunyai keterampilan koping untuk kerusakan penglihatan.


§ Memfasilitasi kemandirian dan menurunkan resiko cidera.

§ Meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan.
§ Tameng logam atau kaca mata melindungi mata terhadap cidera.

§ Tekanan pada mata dapat mengakibatkan kerusakan serius lebih lanjut.
§ Cidera dapat terjadi bila wadah obat menyentuh mata.



TINDAKAN KEPERAWATAN
No
Implementasi
Evaluasi
1
§ Mengorientasi pasien terhadap lingkungan dan aktivitas
§ Membantu pasien untuk mengetahui letak tempat tidur dan meja untuk keperluannya.
§ Menganjurkan pasien untuk melakukan aktivitas sederhana (mendengar radio/bercakap-cakap dengan orang lain)
S  : Klien tidak mengeluh kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan
O : -  Klien tidak tampak kesulitasn beradaptasi dengan lingkungan.
      -  Lensa mata masih keruh
A : Masalah teratasi sebagian.
P  : Intervensi dilakukan operasi dan dilakukan pascaoperasi

2
§ Mengkaji derajat dan durasi gangguan visual, mendorong percakapan untuk mengetahui keprihatinan pasien, perasaan dan tingkat pemahaman, jawab pertanyaan, memberi dukungan, membantu mekanisme koping pasien.
§ Mengorientasi pasien pada lingkungan yang baru.
§ Menjelaskan rutinitas peri operatif.
§ Menjelaskan intervensi sedetil-detilnya.
§ Mendorong untuk menjalankan kebiasaan hidup sehari-hari bila mampu.
§ Mendorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam perawatan pasien.
§ Mendorong partisipasi dalam aktivitas sosial dan pengalihan bila memungkinkan (pengunjung, radio, TV)
S  : -  Klien mengatakan tidak merasa cemas dengan penyakitnya
      -  Klien mengatakan tidak merasa cemas untuk operasi
O : -  Klien tidak tampak cemas dan gelisah
      -  Klien menerima pembedahan.
      -  TTV : N : 80 x / menit, TD : 130/80 mmHg, RR : 16-20 x / menit, S : 36,0oC.
      -  Klien dioperasi tanggal 11 Januari 2008.
A : Masalah teratasi.
P  : Intervensi dihentikan

3
§ Membantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi pascaoperasi sampai stabil dan mencapai penglihatan keterampilan koping memadai dengan menggunakan teknik bimbingan penglihatan.
§ Membantu pasien menata lingkungan.
§ Mengorientasi pasien pada ruangan
§ Membahas perlunya penggunaan kacamata bila diperintahkan.
§ Tidak memberikan tekanan pada mata yang terkena trauma.
§ Menggunakan prosedur yang memadai ketika memberikan obat mata.

S  : -  Klien mengatakan tidak mengeluh takut untuk beraktivitas (jalan)
O : -  Klien mengatakan mengenal lingkungan
      -  Klien mengatakan tidak takut cidera
      -  Klien tidak mengalami cidera.
P  : Masalah teratasi sebagian.
P  : Intervensi dilanjutkan sampai pasien pulang




BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Biasanya pada katarak diagnosa yang pertama kali muncul adalah gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan perubahan sensori penglihatan. Sebab pada saat pengkajian klien mengeluh penglihatannya sangat kabur dan silau jika terkena cahaya yang terang. Diagnosa kedua yang muncul adalah cemas berhubungan dengan krisis situasional, perubahan kesehatan, interaksi, hal ini dikarenakan klien merasa cemas dengan penyakit yang dialaminya dan cemas saat akan dioperasi. Kemudian diagnosa ketiga yang muncul adalah resiko cidera berhubungan dengan kerusakan penglihatan karena pada kasus katarak ini klien mempunyai resiko cidera.
Secara umum tindakan yang dilakukan pada klien katarak ini adalah dengan mengorientasikan lingkungan, menghindari aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan intraokuler serta menurunkan stress emosional, ketakutan dan depresi.

B.      Saran
Diharapkan kepada para pembaca khususnya mahasiswa/mahasiswi STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu dapat memahami konsep teori asuhan keperawatan dari katarak.
DAFTAR PUSTAKA


Doenges, Marilyn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi Ketiga. Jakarta : EGC.

Http://www.geocities.com/alam penyakit/masalah katarak.htm.2004.

Http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0904/23/cakrawala/utama01.htm.

Http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1003216221.40296.

Mansjoer, Arif, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Kesatu. Jakarta : Media Aesculapius.

Nanda. 2005-2006. Nursing Diagnosis Definitions & Classification. Nanda Internasional.

Reeves, Charlene J, dkk. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi Kesatu. Jakarta : Salemba Medika.

Sidarta, Ilyas, dkk. 2002. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Kedua. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia.

Suddarth, Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi Kedelapan Volume Tiga. Jakarta : EGC.