MAKALAH
SISTEM RESPIRASI
ASKEP ADULT RESPIRATORY DISTRESS SYNROM (ARDS)

Disusun oleh :
Viven Cornysen
NPM: 0926010080
NPM: 0926010080
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI ( TMS )
Tahun Ajaran 2011/2012
Kata pengantar
Puji
syukur kehadiran Tuhan YME atas berkat rahmat yang diberikanNya kepada kita
semua dan telah membimbing dalam penulisan makalah ini. Kami juga sampaikan
terima kasih atas dukungan kepada teman-teman dan dosen pembimbing.
Makalah ini ditulis sebagai pedoman untuk memberikan tambahan keilmuan
bagi mahasiswa untuk meningkatkan
pelayanan di sarana kesehatan.
Makalah ini
menjelaskan tentang Asuhan keperawatan
pada pasien adult
respiratory distress syndrom (
ARDS) berhubungan dalah kondisi
kedaruratan paru yang tiba-tiba dan bentuk kegagalan nafas berat, biasanya
terjadi pada orang yang sebelumnya sehat yang telah terpajan pada berbagai penyebab
pulmonal atau non-pulmonal
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan baik
dari segi keilmuan maupun teknik penulisannya. Oleh karena itu, penulis
berharap saran dan kritik yang dapat meningkatkan kualitas makalah ini di masa
yang akan datang.
Semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi orang yang membacanya. Demikianlah kiranya
ucapan terima kasih dari kami kepada pihak yang terkait.
Bengkulu, April 2011
Penulis
Daftar
Isi
Halaman
Judul............................................................................................. i
Kata
Pengantar............................................................................................. ii
Daftar
Isi...................................................................................................... iii
BAB I
Pendahuluan
A.Latar
Belakang............................................................................. 1
B.Tujuan........................................................................................... 2
C.Manfaat........................................................................................ 2
BAB II
Tinjauan Teoritis
A.Konsep
Dasar Teori
1.Pengertian................................................................................. 3
2.Etiologi..................................................................................... 3
3.Patiofisiologi............................................................................. 4
4.WOC........................................................................................ 5
5.manfestasi
klinis....................................................................... 5
6.Pemeriksaan
Penunjang............................................................ 7
7.Penatalaksanaan........................................................................ 7
8.komplikasi................................................................................. 8
B.Konsep
Dasar Askep
1.Pengkajian
Teoritis........................................................................ 9
2.Rencana
Keprawatan.................................................................... 10
3.Rencana
Asuhan Keperawatan..................................................... 11
BAB
III Tinjauan Kasus
A.Pengkajian.................................................................................... 15
B.Diagnosa
Keperawatan................................................................ 21
C.NCP
(Nurisng care planning)....................................................... 21
D.implikasi
...................................................................................... 21
E.
evaluasi (SOAP).......................................................................... 23
BAB IV
Penutup
A.Kesimpulan.................................................................................. 24
B.Saran............................................................................................. 24
Dafar
Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A.
CLatar belakang
Gagal nafas adalah masalah yang relative
sering terjadi, yang biasanya meskipun tidak selalu merupakan tahap akhir dari
penyakit kronis pada sistem pernapasan. \selalu merupakan tahap akhir dari
penyakit kronik pada system pernapasan. Keadaan ini semakin sering ditemukan
sebagai komplikasi dari trauma akut, atau syok. Gagal napas, seperti halnya
kegagalan pada system organ lainnya dapat dikenali berdasarkan gambaran klinis
atau hasil pemeriksaan laboratorium. Tetapi harus di ingat bahwa pada gagal
napas, hubungan antara gambaran klinis dengan kelainan dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada kisaran normalnya adalah tidak langsung. Gagal napas terjadi
apabila paru tidak lagi dapat memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas,
yaitu oksigenasi darah arteria dan pembuangan karbon dioksida (Lorraine M.W,
2006).
Fungsi utama paru adalah melakukan
pertukaran gas, mengambil oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida. Bila oleh
karena suatu penyakit atau kelainan, paru gagal melakukan fungsi ini, maka akan
terjadi gangguan dalam pertukaran gas, dan timbul gagal napas. Gagal napas akut
merupakan suatu keadaan yang mendadak yang mengancam kehidupan, dapat
disebabkan oleh berbagai kelainan baik yang terjadi ekstrapulmoner maupun
intrapulmoner. Perubahan fisiologis yang mengakibatkan terjadinya gagal napas
sangat perlu dipahami karena strategi terapi dalam mengatasi gagal napas akut
pada dasarnya adalah upaya untuk memperbaiki perubahan fisiologis tersebut (Ida
Bagus.N.R, 1999).
Gagal napas ialah ketidak mampuan system
pernapasan untuk mempertahankan suatu keadaan pertukaran udara antara atmosfer
dengan sel-sel tubuh normal. Secara sederhana, peranan system pernapasan ialah
mempertahankan PO2, PCO2, dan pH darah arteri tetap normal. Gagal napas dapat
diakibatkan kelainan pada: paru, jantung, dinding dada, otot pernapasan,
mekanisme pengendalian sentral ventilasi di medulla oblongata. Meskipun tidak
dianggap sebagai penyebab langsung gagal napas, disfungsi dari: jantung,
sirkulasi paru, sirkulasi sistemik, transport oksigen hemoglobin, dan disfungsi
kapiler sistemik mempunyai peran penting pada gagal napas (Zulkifli Amin dan
Johanes Purwoto, 2002).
Gagal napas adalah masalah yang relative
sering terjadi yang biasanya, meskipun tidak selalu merupakan penyakit kronik. Gagal nafas adalah ketidakmampuan
sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2),
eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkanoleh masalah
ventilasi difusi atau perfusi (Susan Martin T, 1997)
B. Tujuan
1.
Tujuan
Umum
Untuk mempelajari tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan penyakit gagal napas akut.
2.
Tujuan
Khusus
a. Untuk mengetahui konsep teoritis penyakit
gagal napas akut.
b. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan
teoritis pada klien dengan penyakit gagal
napas akut yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan dan rencana asuhan
keperawatan.
c. Untuk mengetahui konsep kasus fiktif pada
klien dengan penyakit gagal napas akut yang meliputi, pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana asuhan keperawatan, implementasi dan evaluasi.
C. Manfaat
1. Makalah ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan keterampilan kelompok dalam membuat asuhan keperawatan pada
klien dengan penyakit gagal napas akut.
2. Memberikan pengetahuan dan wawasan kepada
pembaca tentang asuhan keperawatan teoritis dan kasus fiktif pada klien dengan
penyakit gagal napas akut.
BAB II
Tinjauan teoritis
A. Konsep Dasar Teori
1. Pengertian
Adult
Respiratory Distress Syndrome (ARDS) adalah istilah yang diterapkan untuk sindrom gagal napas hipoksemia
akut tanpa hiperkapnea. Sindrom ini pertama kali diperkenalkan oleh T J Petty
pada tahun 1967.
ARDS adalah
suatu kondisi yang ditandai oleh hipoksemia barat, dispnea dan infiltrasi
pulmonary bilateral. ARDS menyebabkan penyakit restriktif yang sangat parah.
ARDS pernah dikenal dengan banyak nama termasuk syok paruh, paru-paru basah
traumatic, sindrom kebocoran kapiler, postoerfusi paru, atelektasis kongestif
dan insufisiensi pulmonal postraumatik. Sindrom ini tidak pernah timbul sebagai
penyakit primer, tetapi sekunder akibat gangguan tubuh yang terjadi. (KBM,
Monica Ester, S.Kep)
ARDS atau Sindroma
Distres Pernafasan Dewasa ( SDPD ) adalah kondisi kedaruratan paru yang
tiba-tiba dan bentuk kegagalan nafas berat, biasanya terjadi pada orang yang
sebelumnya sehat yang telah terpajan pada berbagai penyebab pulmonal atau
non-pulmonal ( Hudak, 1997 ).
- ETIOLOGI
ARDS berkembang
sebagai akibat kondisi atau kejadian berbahaya berupa trauma jaringan paru baik
secara langsung maupun tidak langsung. Faktor penting penyebab ARDS antara lain :
a. Syok sepsis , hemoragis, kardiogenik ,dan
analfilatik.
b. Trauma ; kontusio pulmonal , non pulmonal
dan multisistem.
c. Infeksi : pneumonia, tuberculosis dan
miliaris.
d. Koagulasi
intravaskuler diseminata.( KID ).
e. Emboli
lemak.
f. Aspirasi kandungan lambung yang sangat
asam
g. Menghirup agen beracun ,asap, fosgen dan
nitrogen oksida dan atau bahan korosif.
h. Pankreatitis
i.
Toksisitas
oksigen
j.
Penyalahgunaan
obat-obatan dan narkotika (Yasmin Asih …Hal 126).
- PATOFISIOLOGI
ARDS terjadi sebagai akibat cedera atau trauma
pada membran alveolar kapiler yang mengakibatkan kebocoran cairan kedalam ruang
interstisiel alveolar dan perubahan dalam jaring- jaring kapiler , terdapat
ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi yang jelas akibat akibat kerusakan
pertukaran gas dan pengalihan ekstansif darah dalam paru- paru.ARDS menyebabkan
penurunan dalam pembentuka surfaktan , yang mengarah pada kolaps alveolar .
Komplians paru menjadi sangat menurun atau paru- paru menjadi kaku akibatnya
adalah penuruna karakteristik dalam kapasitas residual fungsional, hipoksia
berat dan hipokapnia ( Brunner & Suddart 616).
. Peubahan patofisiologi berikut ini mengakibatkan
sindrom klinis yang dikenal sebagai ARDS ( Philip etal,1995) :
a.
Sebagai konsekuensi dari serangan pencetus ,
complement cascade menjadi aktif yang
selanjutnya meningkatkan permeabilitas dinding kapiler.
b.
Cairan
, lekosit, granular, eritrosit, makrofag , sel debris, dan protein bocor
kedalam ruang interstisiel antar kapiler dan alveoli dan pada akhirnya kedalam
ruang alveolar.
c.
Karena
terdapat cairan dan debris dalam interstisium dan alveoli maka area permukaan
untuk pertukaran oksigen dan CO2 menurun sehingga mengakibatkan rendahnyan
rasio ventilasi - perfusi dan hipoksemia .
d.
Terjadi
hierventilasi kompensasi dari alveoli fungsional, sehingga mengakibatkan
hipokapnea dan alkalosis resiratorik.
e.
Sel-
sel yang normalnya melaisi alveoli menjadi rusak dan diganti oleh sel-sel yang
tidak menghasilkan surfaktan ,dengan demikian meningkatkan tekanan pembukaan
alveolar.
ARDS biasanya terjadi pada individu yang sudah
pernah mengalami trauma fisik, meskipun dapat juga terjadi pada individu yang
terlihat sangat sehat segera sebelum awitan ,misalnya awitan mendadak seperti
infeksi akut.Biasanya terdapat periode laten sekitar 18- 24 jam dari waktu
cedera paru sampai berkembang menjadi gejala .durasi sindrom dapat dapat
beragam dari beberapa hari sampai beberapa minggu .pasien yang tampak akan
pulih dari ARDS data secara mendadak relaps kedalam penyakit pulmonary akut
akibat serangan sekunder seperti pneumotorak atau infeksi berat (Yasmin
Asih…Hal 125).
Sebenarnya sistim vaskuler paru sanggup menampung
penambahan volume darah sampai 3 kali normalnya ,namun pada tekanan tertentu ,
catran bocor keluar masuk ke jaringan interstisieldan terjadi edema paru.( Jan
Tambayog 2000 , hal 109).
- WOC















![]() |




ventilasi-perfusi

![]() |
Sembuh ? Kematian
- MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala ARDS:
1. Distres pernapasan akul: takipnes,
dispnea, pernafasan menggunakan otot aksesori, dan sianosis sentral.
2.
Batuk
kering dan demam yang terjadi lebih dari beberapa jam sampai
Seharian
3.
Krakles
harus di seluruh bidang paru.
4. Perubahan sensorium yang berkisar dari
kolam pikir dan agitasi sampai koma.( YasminAsih …Hal 128 ).
Temuan hasil pemeriksaan radiology dan
laboratorium:
1.
Film ronsen
dada: menunjukkan infiltrasi interstisial dan alveolar difus, bilateral, dan
biasanya simetris.
2.
AGD:
hipoksemia, PaO2 kurang dari 50 mm Hg, hipokapnea, alkalosis respiratirik,
tahap lanjut: hiperkapnea dan alkalosis respiratorik dan kematian.
Penatalaksanaan Medis ARDS
Klien dengan ARDS berada dalam keadaan sakit
kritis dan sangat baik ditangani di unit perawatan intensif (ICU).
Penatalaksanaan medis difokuskan pada oksigenasi. Pada awalnya mungkin
diperlukan untuk memberikan oksigen dengan konsentrasi tinggi (100% - dengan
menggunakan masker wajah nonrebreathing). Namun demikian, pemberian oksigen
melebihi 50% berkaitan dengan toksisitas oksigen yang dapat memperburuk
patologi ARDS yang sudah terjadi. Konsentrasi oksigen biasanya dapat diturunkan
kurang dari 50% berkaitan dengan menggunakan positive-end-expiratory pressure
(PEEP) untuk membuka alveoli yang tertutup guna meningkatkan ventilasi. Tujuan
pemberian oksigen adalah untuk mempertahankan PaO2 antara 50-60 mm Hg. Secara
bertahap FiO2 dikurangi sambil mempertahankan tingkat oksigen arteri yang
adekuat.
Penatalaksanaan medis kedua adalah dukungan
ventilator. Jika terapi oksigen saja tidak berhasil dalam memberikan oksigenasi
arterial yang adekat, maka klien diintubasi dan dipantau dalam ventilator
mekanik. Ventilator dengan volume terbatas biasanya lebih banyak digunakan.
Ventilator diatur untuk memberikan volume tidal yang sebanding dengan 10 sampai
12 ml/kg berat badan, frekuensi pernafasan sebanding dengan 10 sampai 14
kali/menit, dan FiO2 50%; dan digunakan PEEP. Jika pernapasan spontan individu
adekuat, maka digunakan mode intermittent mandatory ventilasi (IMV). Jika pola
ventilatori spontan mengganggu dengan pemberian ventilasi yang adekuat, maka
klien disedasi atau dilumpuhkan dengan Pavulon, dan kemudian digunakan mode
kontrol.
Penatalaksanaan volume cairan juga menjadi focus
dari penatalaksanaan medis. Biasanya dipasang kateter arteri pulmonary untuk
mengukur tekanan kapiler pulmonary. Diuretic, ekspender volume cairan, dan
medikasi hipotensi diberikan sesuai indikasi untuk mempertahankan volume cairan
yang optimal. Focus terakhir dari penatalaksanaan medis adalah mengobati
penyebab mendasar dari ARDS.
- PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan hasil Analisa Gas Darah :
·
Hipoksemia
( pe ↓ PaO2 )
·
Hipokapnia
( pe ↓ PCO2 ) pada tahap awal karena hiperventilasi
·
Hiperkapnia
( pe ↑ PCO2 ) menunjukkan gagal ventilasi
·
Alkalosis
respiratori ( pH > 7,45 ) pada tahap dini
·
Asidosis
respiratori / metabolik terjadi pada tahap lanjut
Pemeriksaan Rontgent Dada :
·
Tahap
awal ; sedikit normal, infiltrasi pada perihilir paru
·
Tahap
lanjut ; Interstisial bilateral difus pada paru, infiltrate di alveoli
Tes Fungsi paru :
·
Pe ↓
komplain paru dan volume paru
·
Pirau
kanan-kiri meningkan
Pemeriksaan diagnostik:
Sinar X dada ,terdapat infiltrsi jaringan parut
lokasi terpusat pada region perihilir paru .Pada tahap lanjut , interstisial
bilatareral difus dan alveolar infiltrate menjadi bukti dan dapat melibatkan
semua lobus paru .Ukuran jantung normal,berbeda dari edema paru kardogenik .
Gas darah arteri seri membedakan gambaran kemajuan
hipoksemia,hipokabniadapat terjadi pada tahap awal sehubungan dengan
hierventilasi .Alkalosis respiratorik dapat terjadipada tahap dini dan pada
tahap lanjut terjadi asidosis metabolik.
Tes fungsi paru ,Pengukuran pirau, dan kadar asam
laktat meningkat (Doenges1999 Hal 218 – 219 ).
- Penata Laksanaan
a. Mengidentifikasi dan mengatasi penyebab
b. Memastikan ventilasi yang adekuat.
c. Memberikan dukungan sirkulasi
d. Memastikan volume cairan yang adekuat
e. Memberikan dukungan nutrisi adekuat ( Brunner & Suddart Hal 616)
Tujuan terapi :
·
Support pernapasan fde
·
Mengobati penyebab jika mungkin
·
Mencegah komplikasi.
Terapi :
- Intubasi untuk pemasangan ETT
- Pemasangan Ventilator mekanik (Positive end expiratory pressure) untuk mempertahankan keadekuatan level O2 darah.
- Sedasi untuk mengurangi kecemasan dan kelelahan akibat pemasangan ventilator
- Pengobatan tergantung klien dan proses penyakitnya :
v Inotropik
agent (Dopamine ) untuk meningkatkan curah jantung & tekanan darah.
v Antibiotik
untuk mengatasi infeksi
v Kortikosteroid
dosis besar (kontroversial) untuk mengurangi respon inflamasi dan
mempertahankan stabilitas membran paru.
- komplikasi
Infeksi paru dan abdomen merupakan
komplikasi yang sering dijumpai. Adanya edema paru, hipoksia alveoli, penurunan
surfaktan dan daya aktivitas surfaktan akan menurunkan daya tahan paru terhadap
infeksi.
Komplikasi PEEP yang sering adalah
penurunan curah jantung, emfisema subkutis, pneumothoraks dan pneumomediastinum.
Tingkat kemaknaan ARDS sebagai kedaruratan
paru ekstrim dengan rata-rata mortalitas 50%-70% dapat menimbulkan gejala sisa
pada penyembuhan, prognosis jangka panjang baik. Abnormalitas fisiologik dari
ringan sampai sedang yaitu abnormalitas obstruktif terbatas (keterbatasan
aliran udara), defek difusi sedang dan hipoksemia selama latihan. Hasil positif
pada pasien yang sembuh dari ARDS paling mungkin fungsi tiga dari kemampuan tim
kesehatan untuk melindungi paru dari kerusakan lebih lanjut selama periode
pemberian dukungan hidup, pencegahan toksisitas oksigen dan perhatian terhadap
penurunan sepsis ( Brunner & Suddart Hal 616).
Menurut Hudak & Gallo ( 1997 ), komplikasi
yang dapat terjadi pada ARDS adalah :
§
Abnormalitas
obstruktif terbatas ( keterbatasan aliran udara )
§
Defek
difusi sedang
§
Hipoksemia
selama latihan
§
Toksisitas
oksigen
§
Sepsis
B.
Konsep
Dasar ASKEP
1.
Pengkajian
1.
AKTIVITAS
& ISTIRAHAT
Subyektif : Menurunnya tenaga/kelelahan
Insomnia
2.
SIRKULASI
Subyektif : Riwayat pembedahan jantung/bypass cardiopulmonary, fenomena
embolik (darah, udara, lemak)
Obyektif : Tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya
hipoksemia), hipotensi terjadi pada stadium lanjut (shock).
Heart rate : takikardi biasa terjadi
Bunyi jantung : normal pada fase awal, S2 (komponen pulmonic) dapat terjadi
Disritmia dapat terjadi, tetapi ECG sering menunjukkan normal
Kulit dan membran mukosa : mungkin pucat, dingin. Cyanosis biasa terjadi (stadium
lanjut)
3.
INTEGRITAS
EGO
Subyektif : Keprihatinan/ketakutan, perasaan dekat dengan kematian
Obyektif : Restlessness, agitasi, gemetar, iritabel, perubahan mental.
4.
MAKANAN/CAIRAN
Subyektif : Kehilangan selera makan, nausea
Obyektif : Formasi edema/perubahan berat badan
Hilang/melemahnya bowel sounds
5.
NEUROSENSORI
Suby./Oby. : Gejala truma kepala
Kelambanan mental, disfungsi motorik
6.
RESPIRASI
Subyektif : Riwayat aspirasi, merokok/inhalasi gas, infeksi pulmolal
diffuse
Kesulitan bernafas akut atau khronis, “air hunger”
Obyektif : Respirasi : rapid, swallow, grunting
Peningkatan kerja nafas ; penggunaan otot bantu pernafasan seperti retraksi
intercostal atau substernal, nasal flaring, meskipun kadar oksigen tinggi.
Suara nafas : biasanya normal, mungkin pula terjadi crakles, ronchi, dan
suara nafas bronkhial
Perkusi dada : Dull diatas area konsolidasi
Penurunan dan tidak seimbangnya ekpansi dada
Peningkatan fremitus (tremor vibrator pada dada yang ditemukan dengan cara
palpasi.
Sputum encer, berbusa
Pallor atau cyanosis
Penurunan kesadaran, confusion
7.
RASA
AMAN
Subyektif : Adanya riwayat trauma tulang/fraktur, sepsis, transfusi darah,
episode anaplastik
8.
SEKSUALITAS
Suby./Oby. : Riwayat kehamilan dengan komplikasi eklampsia
9.
KEBUTUHAN
BELAJAR
Subyektif : Riwayat ingesti obat/overdosis
Discharge Plan : Ketergantungan sebagai efek dari kerusakan pulmonal,
mungkin membutuhkan asisten saat bepergian, shopping, self-care.( Dongoes 1999,hal
217-218).
2.
Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tak efektif
berhubungan dengan peningkatan / kekentalan sekret
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan
akumulasi cairan dan protein dalam area alveolar,hipoventilasi alveolar dan
kehilangan surfaktan
3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan
akumulasi cairan dan protein dalam area alveolar,hipoventilasi alveolar dan
kehilangan surfaktan
3.
Rencana Asuhan Keperawatan
No
|
Diagnosa
|
Tujuan
|
Kriteria
hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Bersihan jalan nafas tak
efektif berhubungan dengan peningkatan / kekentalan sekret
.
|
1.Menyatakan / menunjukan
hilangnya dispnea.
2.Mempertahan kan jalan nafas
yang paten .
3.Mengeluarkan sekret tanpa
kesulitan.
4.Menunjukan perilaku
mempertahankan bersihan jalan nafas.
|
1.menyatakan hilangnya dispnea
2.jalan nafas yang paten /baik
3.sekret bisa dikeluarkan
|
a. Catat perubahan upaya dan pola bernafas.
b. Observasi penurunan ekspansi diding dada dan adnya
peningkatan fremitus
c. Catat karakteristik bunyi nafas.
d. Catat karakteristik batuk.
e. Pertahankan posisi kepala tepat dan gunakan alat jalan
nafas sesuai kebutuhan
f. Bantu dengan batuk/ nafas dalam ubah posisi penghisapan
sesuai indikasi.
g. Berikan oksigen lembab, cairan IV , berikan kelembaban
ruangan yang tepat.
h. Berikan terapi aerosol/ nebulaizer.
i.
Lakukan fisiotherapi dada.
j.
Berikan bronkodilator
|
a.
Penggunaan
otot aksesoris pernafasan dan pelebaran hidung menunjukan peningkatan upaya
bernafas
b.
Ekspansi
dada tak sama /terbatas sehubungan akumulasi cairan, edema, dan
secret.konsolidasi paru dapat meningkatkan fremitus.
c.
Bunyi nafas
menujukan aliran udara melalui trakheobronkial dipengaruhi adanya mi\ukus
atau adanya obstrusi aliran udara lain.
d.
Karakteristik
batuk dapat berubah tergantung etiologi gagal nafas.
e.
Memudahkan
memelihara jalan nafas paten.
f.
Penggumpulan
sekresi mengganggu ventilasi.
g.
Kelembaban
menghilangkan dan memobilisasi secret , meningkatka transport oksigen.
h.
Pengobatan
ditujukan untuk mengirimkan oksigen/ bronkodilatasi.
i.
Meningkatkan
drainase sekret paru ke sentral bronchus.
j.
Menghilangkan
sepasme dan meurunkan viskositas sekret.
|
2
|
Kerusakan pertukaran gas
berhubungan akumulasi cairan dan protein dalam area alveolar,hipoventilasi
alveolar dan kehilangan surfaktan
|
1.Menunjukan perbaikan
ventilasi dan oksigenasi adekuat dengan GDA dalam rentang normal.
2.Berpartisipasi dalam program
pengobatan sesuai kemampuan.
|
1.perbaikan jalanya ventilasi
dan oksigen dalam rentan normal
|
a. Kaji status pernafasan
pasien
b. Catat ada tidaknya bunyi
nafas tambahan.
c. Kaji adanya sianosis
d. Observsi kecenderungan
tidur, apatis, tidak perhatian gelisah, bingung, somnolen.
e. Auskultasi frekuensi dan
irama jantung.
f. Berikan peiode istirahat dan
lingkungan yang tenang.
g. Dorong penggunaan nafas
bibir bila di indikasikan
h. Berikan oksigen lembab
dengan masker sesuai indikasi.
i. Kaji seri foto dada.
j. Awasi gambaran seri GDA/
oksimetri nadi.
k. Berikan obat – obat sesuai
indikasi.
|
a. Takipnea mekanisme
kompensasi untuk hipoksemia.
b. Bunyi nafas dapat menurun
,krekels adalah bukti adanya cairan dalam area jaringan akibat peningkatan
permeabilitas membrane alveolar kapiler. Mengi diakibatkan adanya penyempitan
jalan nafas .
c. Penurunan O2 bermakna terjdi
sebelum sianosis,sianosis sentaral terlihat pada bibir, lidah dan daun
telinga. Sedangkan perifer kuku dan ekstrimitas sehubungan dengan
vasokontriksi.
d. Dapat menunjukan
berlanjutnya hipoksemia dan / asidosis.
e. Hipoksemia dapat menyebabkan
mudah terangsang pda myocardium , menghasilkan berbagai disritmia.
f. Menghemat energi pasien dan
menurunkan kebutuhan O2.
g. Dapat membantu pasien yang
sembuh dari penyakit kronis, yang mengakibatkan destruksi parenkim paru.
h. Memaksimalkan sediaan O2
untuk pertukaran dengan tekanan jalan nafas positif kontinu.
i. Menunjukan kemajuan dan
kemunduran kongesti paru.
j. Menunjukan ventilasi /
oksigenasi dan status asam basa.
|
3
|
Resiko tinggi terhadap
kekurangan volume cairan berhubungan dengan penggunaan deuretik ,perpindahan
cairan kearea lain
|
menunjukan volume cairan normal
ysng dibuktikan dengan TD normal,kecepatan berat badan dan haluaran urin
dalam batas normal.
|
Volume
|
a. Awasi tanda – tanda vital.
b. Catat peubahan mental,
turgor kulit,Hidrasi membrane mukosa dan karakter sputum.
c. Monitor masukan dan
pengeluaran cairan ,keseimbangan cairan dan catat kehilamngan tak tampak.
d. Timbang berat badan setiap
hari.
e. Berikan cairan dalam
observasi ketat sesuai indikasi.
f. Awasi / ganti elektrolit
sesuai indikasi.
|
a. Kekurangan / perpindahan
cairan meningkatkfrekuensi jantung ,nenurunkan tekanan darah dan mengurangi
volume nadi.
b. Penuruna curah jntung
mempengaruhi perfusi jaringan.
c. Memberikan informasi tentang
status cairan pasien.
d. Perubahan cepat menujukan
gangguan dalam cairan tubuh total.
e. Memperbaiki/ mempertahan kan
volume sirkulasi.
f. Elektrolit dapat menurun
akibat terapi deuretik.
|
( Doenges 1999 hal 218 - 223 )
BAB lll
Tinjauan kasus
A.
Pengkajian
1. Data Biografi
Identitas
Klien :
Nama : Tn x
TTL : Bengkulu , 2 agustus 1980
Umur : 31 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : jln. mangga
Agama : islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Tgl. MRS / Jam : 02 april 2011/10.00 wib
Tgl. Pengkajian : 04 april 2011
Keluarga
terdekat yang dapat dihubungi
Nama : Suharmin
Pendidikan :
SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jln. mangga
Sumber informasi : keluarga
2. Riwayat kesehatan sekarang
1.
Riwayat Keluhan Utama / alasan masuk
Keluhan yang akan mungkin terjadi adalah sesak
nafas yang berat,ketakutan,kecemasan ,gemetaran dll
2.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Faktor pencetus penyebab penyakit ARDS ini adalah
sbb :
-
Trauma jaringan paru baik secara langsung maupun
tidak langsung( memar pada paru-paru
Sifat keluhan ( mungkin mendadak /
perlahan-lahan, /terus menerus,/hilang timbul atau berhubungan dengann waktu):klien
mengatakan keluhanya sering
mendadak.perlahan –lahan,atau berhubungan dengan waktu
Lokalikasi dan sifatnya (menjalar /meyebar
/berpindah-pindah /menetap ): menetap
Berat ringanya keluhan (menetap /cendrung
bertambah atau berkurang) :menetap
Lamanya keluhan :2-3 hari
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi :mungkin tidak ada upaya yang dilakukan
pasien: mengusahakan tidak banyak beraktivitas karna mudah lelah,banyak
beristirahan,mengkonsumsi obat
Keluhan saat pengkajian : mungkin keluhanya susah
bernafas,cemas,ketakutan ,gemetaran
Diagnosa medis :(dokter ) asma ,hipertensi
3.
Riwayat Kesehatan Terdahulu
klien mengatakan pernah dirawat di rumah sakit dengan penyakit
hipertensi
4.
Riwayat Kesehatan Keluarga.
Klien mengatakan keluarganya ada yang menderita
penyakit
3. POLA FUNGSI KESEHATAN
1.
Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
-
Persepsi terhadap penyakit : Klien mengatakan bahwa
penyakit ini disebabkan karena pola hidup yang tidak sehat seperti
merokok,kurang olahraga
-
Penggunaan :
Tembakau (1 bungkus /hari,merokok dari usia 17
tahun,berhenti merokok sudah 1 tahun
yang lalu
2.
Pola nutrisi dan metabolisme
Diet / suplemen
khusus : -
Intruksi diet
sebelumnya : pasien dianjurkan untuk mengurangi makan –makanan
yang banyak mengandung karbonhidrat,makan berlemak,dan menggurangi aktivitas
yang terlalu berat
Jumlah minum /
24 jam dan jenis : 6 -8 gelas /hari ,air mineral.
Frekuensi makan : 3 x sehari
Jenis
makanan : nasi + sayur +
buah
Pantangan
/alargi : -
3. Pola
eliminasi
Buang air besar
(BAB)
Frekuensi : 2 x sehari
Warna : kuning
Waktu : pagi dan sore
Konsitensi : padat
Kesuulitan : -
Buang air kecil
(BAK)
Frekuensi : 6-8 x / hari
Warna : kuning
Kesulitan : -
4. Pola aktivitas dan latihan
Klien melakukan aktivitas secara mandiri tetapi
sesekali dibantu dengan orang lain dan alat bantu
5. Pola istirahat dan tidur
Tidur malam : 6 – 8 jam
Tidur siang : 1- 2 jam
Tidur klien
terganggu karena klien sering terbangun karena
nyeri dada dan sesak nafas setelah itu klien bisa tidur kembali
6. Konsep diri
Klien
mersa cemas dengan apa yang dialaminy a saat ini.
7. Peran hubungan
Dengan
adanya keluhan yang dialami klien tidak dapat bekerja
8. Seksual
Perubahan aktivitas seksual menurun
9. Stress-coping
Strategi coping yang digunakan dalam menghadapi
masalah biasanya Tn X berdiskusi dengan
istrinya.
10. Keyakinan/kepercayaan
Agama : muslim
Pengaruh agama dalam kehidupan :baik,pasien
mengatakan agama adalah pedoman hidup
pasien dan juga keluarga.
4. Pemeriksaan fisik
1.)
Keadaan umum
Penampilan umum :penampilan umum baik,gaya berjalan
terkoordinasi, bicara jelas
Klien tampak sehat / sakit/sakit berat ; klien tanpak sehat
Kesadaran : Komposmentis GCS :
15 ( E4 V5M6)
BB : 60 Kg
TB : 165 cm
2.) Tanda –tanda
vital :
TD : 120/80 mmHg
ND :
120 x/ menit
RR :
27 x /menit
S : 37,80C
3.) Kulit
Warna kulit ( sianosis,iketerus, pucat,eritema,dll)
: tidak pucat
Kelembapan :
lembab
Tugor kulit :
Elastis
Ada / tidaknya oedema : oedema tidak ada
4.) Kepala / kulit
Inspeksi :
kepala simetris, warna rambut hitam,distribusi rambut
merata,bersih dan tidak berketombe
Palpasi :
texsture halus dan lembut ,tidak berminyak dan tidak
berkeringat ,tidak ada benjolan atau masa
5.) Mata
Fungsi
penglihatan : baik
Ukuran pupil : 2 mm
Palpebra : terbuka
/tertutup
Isokor : an isokor
Konjungtiva : tidak anemis
Lensa /iris : warna hitam,tidak ada kekeruhan lensa
Oedema palpebra : tidak ada oedema
palpebra
6.) Telinga
Fungsi pendengan : baik
Kebersihan : bersih
Daun telinga : simetris ,
elastis
Fungsi
keseimbangan : baik ,vertigo
tidak ada
Sekret : tidak ada
Mastoid : nyeri tekan
tidak ada
7.) Hidung dan sinus
Inspeksi : bentuk
simetris,tidak ada deformitas
Fungsi penciuman
: baik,dapat membedakan
bau
Pembekakan : tidak ada,polip
tidak ada
Kebersihan : bersih
Pendarahan : tidak ada
Sekret : tidak ada
8.) Mulut dan
tenggorokan
Membran mukosa :
lebab dan tidak pucat
kebersihan mulut : bersih
Keadaan gigi
tanda radang (bibir,gusi,lidah) : gigi lengkap,caries dentis tidak ada ,dan
tidak menggunakan gigi palsu
Trimus : tidak ada
kesulitan membuka mulut
Kesulitan
menelan : disfagia tidak
ada
9.) Leher
Trakea (simetris
/tidak ) : simetris ,terletak ditenggah
Karotid bruit : tidak ada bunyi
bruit
JVP : 5 – 2 cm H20
Kelenjar limpe : tidak ada
pembesaran kelenjar limfe
Kelenjar tiroid : bentuk simetris
,tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Kaku duduk :
tidak ada kaku
kuduk/ rigiditas
nukal,gerakan terkoordinasi
10.)
Thorak / Paru
Inspeksi :
dada simetris,RR
: 20 x/ i,penggunaan otot bantu pernapasan
tidak ada ,retraksi dinding dada
tidak ada
Palpasi : Fremitus Ka = Ki,
ekspansi paru simetris
Perkusi : Resonan pada kedua
lapang paru
Auskultasi : Vesikuler
11.)
Jantung
Inspeksi :
ictus cordis
tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba 1 jari LMCS RIC ke 5
Perkusi : batas jantung atas : RIC Ke 2
: batas kanan :
linea strenalis dextra
:
batas kiri :
1 jari linea mic clavikula sinistra bunyi tambahan
:
batas bawah : 1 jari LMCS
RIC ke 5
Auskultasi : irama jantung ekstra :S3 dan
S4,adanya temponade (suara jantung yang
menjauh) ,perikarditis (gesekan prekordia)
12.)
Abdomen
Inspeksi : simetris ,jaringan parut
tidak ada,vena tidak menonjol,asites
tidak ada
Auskultasi : B.U 12 x / i
Perkusi : Tympani
Palpasi : Hepar dan limpa tidak teraba ,tidak ada pembesaran hepar dan limpa
13.) Genetalia
Bersih dan tanda-tanda radang tidak
ada,lesi tidak ada
14.) Rektal
Lesi atau kemerahan tidak ada ,massa
tidak ada
15.) Ekstremitas
Ekstremitas atas : Akral
hangat,oedema tidak ada,genggaman
tangan kuat
Ekstremitas
bawah : Akral hangat ,oedema
tidak ada , masa
tidak ada
ROM :
Tidak ada
ketebatasan rentang gerak pada
ekstremitas atas
dan ekstremitas bawah
Kekuatan otot : kekuatan otot penuh
16.) Vaskuler perifer
Capilary Refille
: pengisian kapiler cepat, kembali dalam 2 detik
Clubbing : clubbing tidak
ada
Perubahan warna
(kuku,,kulit,bibir) : tidak pucat, sianosis /kebiruan tidak ada
17.) Neurologis
Kesandaran (GCS
) : GCS 15 (E4V5M6)
Status mental : rentang perhatian
baik,memori baik,moodnya kurang,bicara jelas
Motorik
(kejang,tremos,parase,dan paralisis) : gerakan terkoordinasi, fungsi koordinasi baik ,kejang dan tremor
tidak ada,paralisis tidak ada
Sensorik : sensasi terhadap
sentuhan dan nyeri baik
Tanda rangsangan
meningeal : tidak ada tanda –tanda rangsangan
maningel
Saraf kranial : fungsi Nervus 1-
12 baik,tidak ada kelainan
(
gangguan )
Reflek
fisiologislek : +/+ (reflek fisiologis baik)
Reflek
patofisiologi : -/- ( patologis
tidak ada )
B. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan
jalan nafas tak efektif berhubungan dengan peningkatan / kekentalan sekret
2. Kerusakan
pertukaran gas berhubungan akumulasi cairan dan protein dalam area
alveolar,hipoventilasi alveolar dan kehilangan surfaktan
3. Kerusakan
pertukaran gas berhubungan akumulasi cairan dan protein dalam area
alveolar,hipoventilasi alveolar dan kehilangan surfaktan
C. NCP ( Nursing)
No
|
Diagnosa
|
Tujuan
|
Kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Bersihan jalan nafas tak
efektif berhubungan dengan peningkatan / kekentalan sekret
|
1.Menyatakan / menunjukan
hilangnya dispnea.
2.Mempertahan kan jalan nafas
yang paten .
3.Mengeluarkan sekret tanpa
kesulitan.
4.Menunjukan perilaku
mempertahankan bersihan jalan nafas.
|
1.menyatakan hilangnya
dispnea
2.jalan nafas yang paten
/baik
3.sekret bisa dikeluarkan
|
a. Catat perubahan upaya dan pola bernafas.
b.Observasi penurunan
ekspansi diding dada dan adnya peningkatan fremitus
c.Catat karakteristik bunyi
nafas.
d.Catat karakteristik batuk.
e.Pertahankan posisi kepala
tepat dan gunakan alat jalan nafas sesuai kebutuhan
f.Bantu dengan batuk/ nafas
dalam ubah posisi penghisapan sesuai indikasi.
g.Berikan oksigen lembab,
cairan IV ,berikan kelembaban ruangan yang tepat.
H .Berikan terapi aerosol/
nebulaizer.
i.Lakukan fisiotherapi dada.
j.Berikan bronkodilator
|
a.Penggunaan otot aksesoris
pernafasan dan pelebaran hidung menunjukan peningkatan upaya bernafas
b.Ekspansi dada tak sama
/terbatas sehubungan akumulasi cairan, edema, dan secret.konsolidasi paru
dapat meningkatkan fremitus.
c.Bunyi nafas menujukan
aliran udara melalui trakheobronkial dipengaruhi adanya mi\ukus atau adanya
obstrusi aliran udara lain.
d. Karakteristik batuk dapat
berubah tergantung etiologi gagal nafas.
e. Memudahkan memelihara
jalan nafas paten.
f. Penggumpulan sekresi
mengganggu ventilasi.
g. Kelembaban menghilangkan
dan memobilisasi secret , meningkatka transport oksigen.
h. Pengobatan ditujukan untuk
mengirimkan oksigen/ bronkodilatasi.
i. Meningkatkan drainase
sekret paru ke sentral bronchus.
j.Menghilangkan sepasme dan
meurunkan viskositas sekret
|
2
|
Kerusakan pertukaran gas
berhubungan akumulasi cairan dan protein dalam area alveolar,hipoventilasi
alveolar dan kehilangan surfaktan
|
1.Menunjukan perbaikan
ventilasi dan oksigenasi adekuat dengan GDA dalam rentang normal.
2.Berpartisipasi dalam
program pengobatan sesuai kemampuan.
|
1.perbaikan jalanya ventilasi
dan oksigen dalam rentan normal
|
a. Kaji status pernafasan
pasien
b. Catat ada tidaknya bunyi
nafas tambahan.
c. Kaji adanya sianosis
d. Observsi kecenderungan
tidur, apatis, tidak perhatian gelisah, bingung, somnolen.
e. Auskultasi frekuensi dan
irama jantung.
f. Berikan peiode istirahat
dan lingkungan yang tenang.
g. Dorong penggunaan nafas
bibir bila di indikasikan
h. Berikan oksigen lembab
dengan masker sesuai indikasi.
i. Kaji seri foto dada.
j. Awasi gambaran seri GDA/
oksimetri nadi.
k. Berikan obat – obat sesuai
indikasi.
|
a. Takipnea mekanisme kompensasi
untuk hipoksemia.
b. Bunyi nafas dapat menurun
,krekels adalah bukti adanya cairan dalam area jaringan akibat peningkatan
permeabilitas membrane alveolar kapiler. Mengi diakibatkan adanya penyempitan
jalan nafas .
c. Penurunan O2 bermakna
terjdi sebelum sianosis,sianosis sentaral terlihat pada bibir, lidah dan daun
telinga. Sedangkan perifer kuku dan ekstrimitas sehubungan dengan
vasokontriksi.
d. Dapat menunjukan
berlanjutnya hipoksemia dan / asidosis.
e. Hipoksemia dapat
menyebabkan mudah terangsang pda myocardium , menghasilkan berbagai
disritmia.
f. Menghemat energi pasien
dan menurunkan kebutuhan O2.
g. Dapat membantu pasien yang
sembuh dari penyakit kronis, yang mengakibatkan destruksi parenkim paru.
h. Memaksimalkan sediaan O2
untuk pertukaran dengan tekanan jalan nafas positif kontinu.
i. Menunjukan kemajuan dan
kemunduran kongesti paru.
j. Menunjukan ventilasi /
oksigenasi dan status asam basa.
a. Kekurangan / perpindahan
cairan meningkatkfrekuensi jantung ,nenurunkan tekanan darah dan mengurangi
volume nadi.
b. Penuruna curah jntung
mempengaruhi perfusi jaringan.
c. Memberikan informasi
tentang status cairan pasien.
d. Perubahan cepat menujukan
gangguan dalam cairan tubuh total.
e. Memperbaiki/ mempertahan
kan volume sirkulasi.
f. Elektrolit dapat menurun
akibat terapi deuretik.
|
3
|
Resiko tinggi terhadap
kekurangan volume cairan berhubungan dengan penggunaan deuretik ,perpindahan
cairan kearea lain
|
menunjukan volume cairan
normal ysng dibuktikan dengan TD normal,kecepatan berat badan dan haluaran
urin dalam batas normal.
|
Volume
|
a. Awasi tanda – tanda vital.
b. Catat peubahan mental,
turgor kulit,Hidrasi membrane mukosa dan karakter sputum.
c. Monitor masukan dan
pengeluaran cairan ,keseimbangan cairan dan catat kehilamngan tak tampak.
d. Timbang berat badan setiap
hari.
e. Berikan cairan dalam
observasi ketat sesuai indikasi.
f. Awasi / ganti elektrolit
sesuai indikasi.
|
a. Kekurangan / perpindahan
cairan meningkatkfrekuensi jantung ,nenurunkan tekanan darah dan mengurangi
volume nadi.
b. Penuruna curah jntung
mempengaruhi perfusi jaringan.
c. Memberikan informasi
tentang status cairan pasien.
d. Perubahan cepat menujukan
gangguan dalam cairan tubuh total.
e. Memperbaiki/ mempertahan
kan volume sirkulasi.
f. Elektrolit dapat menurun
akibat terapi deuretik.
|
Alamat : jalan mangga
Sumber imformasi :pasien dan keluarga
D. Implementasi
- Mempertahankan pertukaran gas yang adekuat melalui oksigenasi (pertahankan terapi oksigen sesuai pesanan dan pantau tanda-tanda hipoksemia). Dengan dukungan ventilator, pertahankan patensi jalan udara; jika terpasang jalan udara buatan (mis, pipa endotrakheal atau trakheosiomi). Amankan posisi pipa untuk menghindari pergerakan baik keluar atau ke dalam dari posisi pipa untuk menghindari pergerakan baik keluar ke dalam dari posisi yang sudah ditetapkan. Posisikan klien untuk mendapatkan oksigenasi yang optimal biasanya dengan bagian kepala tempat tidur dinaikan 45 sampai 90 derajat. Auskultasi paru-paru setiap jam untuk mengkaji letak endotrakheal. Lakukan pengisapan pipa endotrakheal sesuai yang diperlukan dan diperiksa setting ventilator secara teratur
- Mempertahankan perfusi jaringan. Pemeliharaan perfusi jaringan yang adekuat adalah tanggung jawab keperawatan.
a. Pantau tekanan
pulmonary capillary wedge. Beritahukan dokter jika tekanan berada di atas atau
di bawah rentang yang ditetapkan. Jika tekanan lebih rendah dari rentang yang
ditetapkan, berikan plasma volume ekspender atau medical hipotensif sesuai
pesanan. Jika tekanan tinggi, berikan diuretic atau vasodilator sesuai yang
dipesankan
b. Kaji haluan
urine, tanda-tanda vital, dan ekstremitas setiap jam.
- Menurunkan ansietas klien dan keluarganya.
a. Pastikan fungsi
ventilator yang tepat untuk memberikan volume tidal dan konsentrasi oksigen
yang adekuat. Jika klien tampak dalam distress pernapasan meski ventilator
bergungsi dengan tepat, kaji kadar gas AGD.
b.
Identifikasi cara-cara agar klien dapat
mengomunikasikan kekhawatiran dan mengekspresikan perasaannya (jika tidak mampu
untuk mengungkapkan secara verbal karena intubasi, coba cara alternatif
komunikasi).
c.
Berikan
penjelasan yang singkat dan dengan sederhana mengenai prosedur; orientasikan
klien terhadap lingkungan sekitar, dan ulang penjelasan secara teratur.
d.
Berikan
penjelasan tentang rutinitas perawatan dan lingkungan kepada keluarga klien.
Dorong keluarga klien untuk mendekati, berbicara, dan menyentuh klien, jika
mereka menghendaki.
E. Evaluasi (SOAP)
Hari/ ttl
|
Diagnosa keperawatan
|
implementasi
|
Evaluasi
|
Kamis 2 april 2011
|
Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan peningkatan /
kekentalan sekret
|
Jam 11.00 WIB
Hasil :
RR :24 x/i pernapasan normal
|
Jam : 13 00 WIB
S :
o :
TD :120/80 mmHg
ND :98 x/i
RR : 24 x/i
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
TTD Perawat
Elsanita
|
BAB IV.
PENUTUP
A. Kesimpulan
ARDS adalah suatu kondisi yang ditandai oleh hipoksemia barat, dispnea
dan infiltrasi pulmonary bilateral. ARDS menyebabkan penyakit restriktif yang
sangat parah. ARDS pernah dikenal dengan banyak nama termasuk syok paruh,
paru-paru basah traumatic, sindrom kebocoran kapiler, postoerfusi paru, atelektasis
kongestif dan insufisiensi pulmonal postraumatik. Sindrom ini tidak pernah
timbul sebagai penyakit primer, tetapi sekunder akibat gangguan tubuh yang
terjadi.
B. Saran
Selama episode ARDS, perawat harus bersikap tenang dan meyakinkan, sikap
tersebut dapat membina hubungan saling percaya dengan pasien dan membantu
mengurangi kecemasan. Keberhasilan yang kecil harus diberitahukan kepada pasien
untuk meningkatkan rasa percaya diri.
DAFTAR PUSTAKA
1.Carpenito,Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.EGC.
Jakarta.
2.Doengoes, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. EGC. Jakarta.
3.Hudak, Gall0. 1997. Keperawatan Kritis. Pendekatan
Holistik.Ed.VI. Vol.I. EGC. Jakarta.
4.Asih, Niluh Gede Yasmin, 2003. Keperawatan Medikal Bedah.
Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: EGC
5.Kumar, Robbins, 1995. Buku ajar Patologi 2. Jakarta: EGC
6.Hinchliff, Sue, 1999. Kamus Keperawatan. Jakarta: Airlangga
University Press.
7.www.google.com (penyakit paru restriktif)
